Sebelum mengikuti perlombaan, guru pendamping dari sekolah sempat mengimbau agar siswi tersebut mengenakan pakaian renang yang sesuai standar sekolah, yakni tertutup dan berhijab.
Namun, karena melihat peserta lain mengenakan pakaian renang umum, siswi tersebut memilih menyesuaikan diri dengan memakai pakaian renang biasa agar tidak kesulitan dalam pertandingan.
“Maka anak saya berinisiatif memakai baju renang umum (bukan standar sekolahnya), karena akan sulit baginya untuk mengimbangi kecepatan renang peserta lain,” jelas sang ayah.
Pakaian renang panjang dengan hijab dianggap akan memperlambat gerakan di air, sehingga siswi tersebut membuat keputusan tersebut atas dasar performa, bukan semata-mata pembangkangan terhadap aturan.
Meski menyimpang dari aturan sekolah, sang siswi berhasil memberikan hasil yang membanggakan dengan menjadi juara umum cabang olahraga renang dalam ajang tersebut.
Namun, prestasi ini justru dibarengi perasaan bersalah dari siswi bersangkutan.
Dalam sebuah momen yang terekam lewat cerita sang ayah, siswi tersebut berlutut meminta maaf kepada guru pendamping sesaat sebelum naik ke podium untuk menerima medali.
“Bahkan anakku sampe berlutut minta maaf setelah lomba sebelum naik podium,” ungkapnya.
“Soal berlutut itu di luar sepengetahuan ortu pada saat itu, mungkin karena takut dan merasa bersalah jadi spontan,” lanjutnya.
Setelah kejadian tersebut, pihak sekolah disebut beberapa kali memanggil orang tua siswi guna membahas tindak lanjut atas kejadian itu.
Hingga pada akhirnya, pihak sekolah mengambil keputusan untuk mengeluarkan siswi tersebut, tepat pada Selasa, 17 Juni 2025.
Baca Juga: Siapa Pemilik Nafa Wedding? Vendor Viral karena Dekorasi Amburadul di Hari Akad