“Kita dibekali akal agar mampu olah pikir bagaimana menyeimbangkan pola hidup serasi dan bersahabat dengan alam dan lingkungan, bukan sebaliknya merusaknya dengan semena – mena. Ini bisa dimulai sejak dini melalui kebiasaan ( habit) dalam lingkungan keluarga.” kata Harmoko.
Kita sering mendengar slogan agar senantiasa bersahabat dengan alam. Sebagai ajakan untuk meningkatkan kepedulian kepada alam sekitar kita, lingkungan kita sebagai sumber kehidupan.
Peduli berarti tidak merusak, tetapi merawat dan menjaganya serta melestarikannya.
Sayangnya, acap slogan sebatas retorika yang jauh dari aksi nyata. Kepedulian sebatas pernyataan dan imbauan.
Baca Juga: Kopi pagi: Selamatkan Lingkungan Kita
Tak sedikit proyek pembangunan masih mempertontonkan kurangnya kepedulian terhadap lingkungan alam, jika tidak disebut merusak alam.
Acap terdengar warga terpinggirkan karena terkena proyek pembangunan yang mengatasnamakan demi investasi.
Warga yang sejak turun temurun telah menempati desanya,, merawat lingkungan alam sekitar, terpaksa dipindahkan.
Pembangunan memang untuk rakyat, tetapi bukan lantas meminggirkan rakyat yang sejak awal telah bersusah payah merawat alamnya sebagai sumber penghidupan.
Perlu ada kesimbangan antara kepentingan pembangunan dengan keberlangsungan hidup warga masyarakat setempat sebagaimana menyelaraskan kehidupan dengan alam sekitar.
Fakta tidak terbantahkan bahwa masyarakat pedesaan selama, yang mayoritas menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian selama ini telah ikut berkontribusi membanguan negeri.