Cerita Reflektif Modul 3 PPG 2025: Selain Guru, Ini Pihak yang Paling Bertanggung Jawab atas Pendidikan Nilai di Sekolah

Selasa 17 Jun 2025, 14:23 WIB
Ternyata Bukan Hanya Guru! Ini Pihak yang Paling Bertanggung Jawab atas Pendidikan Nilai di Sekolah (Sumber: Dok/PPG 2025)

Ternyata Bukan Hanya Guru! Ini Pihak yang Paling Bertanggung Jawab atas Pendidikan Nilai di Sekolah (Sumber: Dok/PPG 2025)

POSKOTA.CO.ID - Pendidikan tidak hanya bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dari sisi intelektual, tetapi juga membentuk manusia Indonesia yang berkarakter kuat, berintegritas, dan mampu hidup berdampingan dalam keragaman.

Hal ini menjadi pesan utama dalam Modul 3 Topik 2 Pendidikan Profesi Guru (PPG) 2025, yang secara tegas menyoroti urgensi internalisasi pendidikan nilai di sekolah.

Dalam modul yang dikeluarkan oleh Ruang GTK Kemdikbudristek ini, ditegaskan bahwa pendidikan nilai tidak bisa dibebankan hanya pada mata pelajaran tertentu seperti Pendidikan Agama atau Pendidikan Pancasila. Justru sebaliknya, pendidikan nilai adalah tanggung jawab kolektif yang harus diemban seluruh pendidik tanpa terkecuali.

Baca Juga: Mengapa BSU 2025 Tidak Cair? Simak Penyebab dan Cara Mengatasinya

Semua Guru Bertanggung Jawab, Apa Pun Mata Pelajarannya

Pertanyaan reflektif yang sering muncul dalam pelatihan PPG adalah: Siapa yang bertanggung jawab terhadap pendidikan karakter siswa? Jawabannya sangat jelas: semua guru.

Guru Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, hingga guru seni memiliki kontribusi nyata terhadap pembentukan karakter siswa. Setiap pelajaran bisa menjadi media penyemaian nilai seperti kejujuran, kerja sama, disiplin, tanggung jawab, hingga toleransi.

Contohnya, guru IPA bisa menekankan nilai tanggung jawab melalui tugas praktikum. Guru seni bisa membentuk jiwa apresiatif dan kolaboratif saat proyek seni kelompok. Bahkan guru matematika sekalipun dapat menyisipkan nilai ketelitian dan integritas dalam pengerjaan soal-soal.

Keteladanan: Nilai Tidak Diturunkan Lewat Ceramah Semata

Salah satu prinsip utama dalam pendidikan karakter adalah "nilai ditanamkan bukan lewat kata-kata, tetapi melalui tindakan nyata". Dalam konteks ini, guru dituntut menjadi panutan yang mencerminkan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.

Cara berpakaian, berbicara, memberi instruksi, dan menyelesaikan konflik di kelas, semuanya merupakan media pendidikan karakter yang sangat efektif. Guru yang bersikap adil, tidak diskriminatif, serta menghargai perbedaan akan mengajarkan nilai toleransi dan keadilan jauh lebih kuat daripada teori di buku teks.

Strategi Internalisasi Nilai dalam Aktivitas Sekolah

Untuk mengimplementasikan pendidikan nilai secara efektif, guru dapat menerapkan beberapa strategi yang terstruktur dan konsisten. Berikut adalah pendekatan yang bisa digunakan:

1. Pembiasaan Positif Sehari-hari

Nilai-nilai karakter dapat dikuatkan melalui pembiasaan sederhana namun konsisten, seperti:

  • Menyapa siswa di pagi hari
  • Berdoa bersama sebelum dan sesudah pelajaran
  • Menjaga ketertiban dengan saling mengingatkan
  • Menjaga kebersihan kelas sebagai tanggung jawab bersama

Hal-hal ini mungkin tampak kecil, tetapi sangat berpengaruh dalam membentuk atmosfer positif yang mendukung pembelajaran karakter.

2. Integrasi Nilai dalam Setiap Pelajaran

Setiap pelajaran bisa menjadi sarana penanaman nilai. Misalnya:

  • Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, guru bisa mengangkat cerita tentang tokoh inspiratif.
  • Dalam pelajaran IPS, bisa dibahas tentang pentingnya keadilan sosial.
  • Dalam pelajaran Matematika, guru bisa mengangkat nilai kejujuran dalam mengerjakan soal.

Kunci dari strategi ini adalah kesadaran dan perencanaan guru dalam menyisipkan nilai, tanpa mengurangi substansi akademik mata pelajaran tersebut.

3. Refleksi Diri dan Evaluasi Sikap

Siswa perlu diberi ruang untuk merenungkan sikap dan nilai yang mereka tunjukkan di sekolah. Beberapa metode yang dapat digunakan:

  • Diskusi reflektif setiap akhir pekan
  • Penulisan jurnal harian atau mingguan
  • Forum kelas untuk menyampaikan pengalaman pribadi yang bermuatan nilai

Kegiatan reflektif ini dapat membangun kesadaran moral siswa dan membantu mereka menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab.

4. Kolaborasi Antar Guru dan Wali Kelas

Agar pendidikan nilai tidak berjalan sendiri-sendiri, diperlukan koordinasi antar pendidik. Diskusi rutin antar guru mapel dan wali kelas sangat membantu dalam memastikan nilai yang ditanamkan di berbagai pelajaran tidak saling bertentangan.

Misalnya, jika tema karakter bulan ini adalah tanggung jawab, maka seluruh guru bisa sepakat memasukkan muatan itu dalam tugas masing-masing. Ini menciptakan konsistensi pesan moral yang lebih kuat.

5. Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Nilai

Pendidikan karakter tidak akan berhasil tanpa dukungan dari rumah. Oleh sebab itu, sekolah perlu membangun komunikasi efektif dengan orang tua siswa.
Bentuk-bentuk kerja sama yang bisa dilakukan:

  • Laporan perkembangan karakter siswa setiap bulan
  • Pertemuan rutin orang tua dan wali kelas
  • Pelatihan parenting untuk menyamakan persepsi soal pendidikan karakter

Kolaborasi antara sekolah dan rumah akan menciptakan lingkungan nilai yang utuh, di mana siswa tidak mendapatkan pesan moral yang bertolak belakang.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Kado untuk Anak 5 Tahun, Menarik dan Edukatif

Komitmen Guru sebagai Agen Perubahan Nilai

Sebagai pendidik, komitmen untuk menjadi agen pembentukan karakter tidak cukup hanya pada level niat. Diperlukan tindakan nyata yang konsisten dari hari ke hari.

Beberapa komitmen penting yang perlu dimiliki guru:

  • Mendidik diri sendiri terlebih dahulu sebelum menuntut siswa berperilaku baik
  • Menjaga integritas dalam penilaian dan pemberian hukuman/penghargaan
  • Terbuka terhadap evaluasi dan umpan balik, baik dari siswa, rekan kerja, maupun orang tua
  • Terus belajar dan meningkatkan kompetensi pedagogik karakter, baik melalui pelatihan formal maupun komunitas belajar guru

Jika kita ingin menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kuat secara moral, maka pendidikan nilai harus menjadi prioritas utama di setiap sekolah.

Modul 3 PPG 2025 memberikan panduan dan semangat baru bagi para guru untuk memperkuat peran mereka sebagai pembentuk karakter. Dengan strategi pembiasaan, integrasi nilai dalam pembelajaran, kolaborasi, dan refleksi, guru tidak lagi sekadar mengajar, tetapi juga menginspirasi.

Pendidikan nilai bukan proyek instan, melainkan proses jangka panjang yang membutuhkan keteladanan, konsistensi, dan kerja sama semua pihak. Dan semua itu, bermula dari guru yang sadar akan perannya sebagai panutan moral di ruang kelas.


Berita Terkait


News Update