Hendy juga memberikan tips bagi yang ingin menekan biaya produksi. Misalnya, mengganti espresso dari biji kopi asli dengan kopi instan sebagai alternatif yang lebih hemat.
“Mau lebih hemat, pakai kopi instan. Tapi beda rasanya,” ujarnya, menandai pentingnya kualitas rasa jika ingin menjangkau konsumen pecinta kopi sejati.
Perhitungan Modal dan Keuntungan
Dalam aspek finansial, Hendy menyuguhkan hitungan realistis yang menginspirasi.
Dengan biaya produksi sekitar Rp4.000 per cup, kopi sepedaan ini dijual seharga Rp8.000. Keuntungan per cup adalah Rp4.000, dan jika dalam sehari mampu menjual 100 cup, maka penghasilan harian bisa mencapai Rp800.000.
“Target sehari terjual 100 cup dikali 8.000, keuntungan sehari bisa dapat Rp800.000. Dalam sebulan bisa Rp24 juta,” paparnya.
Ini adalah angka yang signifikan bagi usaha mikro. Bahkan, dibandingkan dengan gaji karyawan tetap di kota besar, penghasilan ini lebih tinggi, apalagi jika dijalankan tanpa biaya sewa tempat karena metode keliling.
Strategi Penjualan: Jualan Kopi Naik Sepeda
Salah satu strategi yang menjadi pembeda dari bisnis Hendy adalah metode penjualannya. Ia menggunakan sepeda untuk berkeliling menjajakan dagangannya. Strategi ini selain hemat biaya, juga menarik perhatian karena tampil beda.
Konsep jualan kopi keliling naik sepeda menciptakan pengalaman visual yang kuat bagi calon pelanggan. Di tengah padatnya jalanan kota dan aktivitas masyarakat urban, keberadaan penjual kopi dengan sepeda menjadi oase kecil yang menyenangkan.
Strategi ini juga mempertegas nilai ramah lingkungan dan rendah emisi, cocok dengan tren gaya hidup berkelanjutan yang mulai tumbuh di kalangan masyarakat perkotaan.
Motivasi: “Jangan Terus Jadi Karyawan”
Selain urusan teknis, konten Hendy memberikan pesan motivasional kuat bagi generasi muda. Ia mendorong siapa pun yang lelah dengan rutinitas pekerjaan formal untuk mencoba membuka usaha sendiri.
“Gua motivasi kalian semua supaya nggak jadi karyawan terus,” ucap Hendy, yang terasa bukan sekadar slogan, tetapi representasi perjuangan nyata membangun usaha dari nol.
Motivasi ini penting dalam konteks masa kini, di mana banyak pekerja urban merasa jenuh dengan tekanan dan stagnasi dalam pekerjaan. Usaha mikro seperti ini bisa menjadi pintu awal kebebasan finansial dan kemandirian hidup.