POSKOTA.CO.ID - Polemik pengadaan laptop Chromebook senilai Rp9,9 triliun di lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) periode 2019-2024 terus menjadi sorotan.
Mantan Mendikbudristek Nadiem Makarim akhirnya angkat bicara secara terbuka dalam wawancara podcast eksklusif bersama Deddy Corbuzier untuk memberikan klarifikasi terkait isu yang telah mengguncang dunia pendidikan ini.
Dalam tayangan yang tayang Rabu 11 Juni 2025 tersebut, Nadiem dengan tegas membantah narasi yang menyebut anggaran fantastis tersebut hanya dialokasikan untuk pembelian laptop.
Ia membeberkan rincian penggunaan dana sembari menegaskan komitmennya terhadap transparansi dan akuntabilitas selama menjabat sebagai menteri.
Baca Juga: Nadiem Makarim Buka Suara: Alasan Pilih Chromebook di Tengah Dugaan Korupsi Proyek Rp9,9 Triliun
Anggaran Rp9,9 Triliun: Bukan Hanya untuk Laptop
Isu ini mencuat setelah Kejaksaan Agung menyelidiki dugaan korupsi dalam pengadaan perangkat teknologi di lingkungan Kemendikbudristek periode 2019-2024.
Nadiem menegaskan, angka Rp9,9 triliun merupakan total anggaran untuk pengadaan berbagai alat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), bukan hanya Chromebook.
"Rp9,9 triliun adalah total pengadaan semua alat TIK. Jadi bukan hanya laptop," tegas Nadiem.
Ia merinci, dari total tersebut, sekitar Rp7 triliun dialokasikan untuk 1,1 juta unit laptop Chromebook, dengan harga rata-rata Rp6 juta per unit, jauh di bawah klaim Rp10 juta yang beredar di media. Sisa anggaran digunakan untuk proyektor, modem Wi-Fi, dan perangkat pendukung lainnya yang dibutuhkan sekolah.
Baca Juga: Deddy Corbuzier Laporkan Kekayaan Hampir Rp1 Triliun ke LHKPN, Simak Rinciannya di Sini!
Mekanisme Pengadaan via E-Katalog LKPP
Nadiem menekankan, proses pengadaan dilakukan melalui sistem e-katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), sehingga kementerian tidak memiliki kendali atas penetapan harga.
"Ini artinya, Kemendikbud tidak punya kewenangan sama sekali dalam penentuan harga," jelasnya.
Ia juga memaparkan alasan pemilihan Chromebook, antara lain efisiensi biaya (karena sistem operasi ChromeOS gratis), keamanan (dapat memblokir konten negatif), serta kompatibilitas dengan ekosistem Android yang sudah familiar di kalangan guru.
Tanggapan atas Tuduhan Korupsi
Deddy Corbuzier secara blak-blakan menanyakan dugaan mark up dan alasan Nadiem disebut dalam penyelidikan KPK. Dengan tegas, Nadiem menyangkal terlibat dalam praktik korupsi, sembari menyebut latar belakang keluarganya yang aktif di gerakan antikorupsi.
"Ayah saya komite etika di KPK dulunya, ibu saya pendiri Bung Hatta Anti-Corruption Watch. Saya lahir dan dibesarkan di keluarga anti korupsi. Saya tidak pernah dan tidak akan pernah mengambil sepeserpun," ujarnya.
Meski mengaku "kaget dan tidak tahu" mengapa kasus ini muncul, Nadiem berjanji kooperatif dengan aparat: "Kalau ada temuan penyimpangan, saya akan bantu proses hukum."
Proses Hukum Berjalan
Hingga kini, Kejaksaan Agung masih mendalami kasus ini, termasuk memeriksa dokumen pengadaan dan pihak terkait. Masyarakat menunggu kejelasan apakah dugaan korupsi benar terjadi atau hanya mispersepsi atas kompleksnya proyek pemerintah.
Mantan ketua KPK Abraham Samad mengingatkan pentingnya audit menyeluruh: "Pemerintah harus memastikan setiap rupiah yang dikeluarkan untuk pendidikan benar-benar tepat sasaran."
Apa selanjutnya? Nadiem menyatakan siap menjadi saksi bila diperlukan. Di sisi lain, Deddy Corbuzier mengapresiasi keterbukaannya: "Ini diskusi penting agar publik dapat informasi langsung dari sumbernya."