Telkom Innovillage Lahirkan Semerbak-IoT, Alat Monitoring Cerdas Berbasis Internet of Things (IoT) untuk Membantu Pemeliharaan Bibit Padi Kering

Jumat 13 Jun 2025, 15:38 WIB
Inovasi seperti Semerbak-IoT dan Egg Pasteurize dari program Innovillage. (Sumber: Dok. Telkom)

Inovasi seperti Semerbak-IoT dan Egg Pasteurize dari program Innovillage. (Sumber: Dok. Telkom)

Baca Juga: Contoh Kunci Jawaban Cerita Reflektif Modul 2 PSE PPG 2025: Experiential Learning dalam GTK

Innovillage merupakan kompetisi inovasi sosial berbasis teknologi yang ditujukan bagi mahasiswa untuk mendorong lahirnya solusi aplikatif terhadap permasalahan di masyarakat. Melalui skema pitching, program ini mempertemukan mahasiswa, akademisi, dan masyarakat dalam semangat kolaboratif. Program ini menjadi wadah bagi para inovator muda untuk menggabungkan teknologi digital dengan kearifan lokal dalam merespons berbagai tantangan sosial, termasuk krisis pangan.

Sejak diluncurkan pada 2020, Innovillage telah melahirkan berbagai inovasi yang relevan dan berdampak langsung di lapangan. Kontribusinya pun turut mendukung pencapaian tiga poin utama dalam Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu SDG 1 (Tanpa Kemiskinan), SDG 2 (Tanpa Kelaparan), dan SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab).

Salah satu inovasi unggulan dalam program Innovillage adalah Semerbak-IoT, alat monitoring cerdas berbasis Internet of Things (IoT) yang dirancang untuk membantu pemeliharaan bibit padi kering. Teknologi ini dikembangkan oleh tim dari Universitas Telkom dan telah diimplementasikan secara bertahap di Kecamatan Bodeh, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Semerbak-IoT dilengkapi fitur seperti pemantauan debit air, penyiraman otomatis, serta sensor lingkungan, yang memungkinkan petani memantau kondisi tanaman secara real-time. Inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam budidaya padi sejak tahap awal pertumbuhan.

Baca Juga: Persija Batal Bangun Stadion, Prapanca: Permintaan Gubernur DKI Jakarta

Sementara itu, tantangan dalam mempertahankan kualitas telur menginspirasi tim mahasiswa dari Universitas Islam Malang untuk menghadirkan solusi inovatif bertajuk Photovoltaic Egg Pasteurize Electric Field. Inovasi ini merupakan mesin pasteurisasi berbasis kejut listrik yang didukung energi surya (photovoltaic), dirancang untuk memperpanjang umur simpan telur sekaligus menjaga kandungan nutrisinya. Dengan mengoptimalkan tenaga surya sebagai sumber energi terbarukan, inovasi ini sejalan dengan prinsip keberlanjutan dan ramah lingkungan.

“Maraknya problematika kerawanan bahan pangan dan stunting memotivasi kami untuk berkontribusi menyokong sektor ketahanan pangan Indonesia sesuai dengan tujuan pemerintah,” ungkap perwakilan tim Egg Pasteurize Nizhamuddin Mufid Azzurri. Selain merancang alat, tim juga melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat Desa Ganjaran agar dapat mengoperasikan serta merawat alat ini secara mandiri. Melalui inovasi, harapannya dapat menjadi solusi terhadap beberapa permasalahan sekitar, tidak hanya mengurangi potensi kerugian peternak, tetapi juga mendukung ketahanan pangan dan pencegahan stunting.

Inovasi-inovasi tersebut menjadi bukti bahwa Innovillage mampu mendorong mahasiswa untuk menjadi agen perubahan. Melalui kolaborasi antara perguruan tinggi, masyarakat, dan dunia industri, program ini diharapkan dapat mempercepat terwujudnya ketahanan pangan nasional dan membuka jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Baca Juga: Contoh Jurnal Modul 3 PPG 2025: Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai

Dalam konteks inilah NGO Lokadesa hadir sebagai mitra kolaboratif yang memperkuat ekosistem Innovillage di lapangan. Sebagai inisiatif masyarakat sipil yang berfokus pada pemberdayaan desa melalui pendekatan pertanian berkelanjutan, Lokadesa percaya bahwa desa merupakan pondasi utama ketahanan pangan Indonesia. Melalui kerja sama strategis dengan Telkom dan Telkom University, Lokadesa turut mendampingi tim mahasiswa dalam merancang dan mengimplementasikan inovasi yang selaras dengan kebutuhan nyata masyarakat desa.

“Harapan saya ke depan, program Innovillage dapat semakin meluas dan menjangkau lebih banyak kampus di seluruh Indonesia, agar semangat inovasi sosial menjadi gerakan bersama yang di-lead oleh Telkom bersinergi dengan Telkom University. Selain itu, saya berharap Innovillage semakin memastikan bahwa setiap program yang telah dibiayai benar-benar berjalan dan memberi dampak nyata bagi masyarakat. Tidak hanya berhenti pada tahap awarding akhir tetapi juga melanjutkan dengan pendampingan jangka panjang, monitoring dampak, bahkan industrialisasi,” ungkap CEO Lembaga Sosial LOKADESA sekaligus reviewer pitching pada isu ketahanan pangan Noor Yahya.

Kolaborasi multipihak seperti yang dilakukan melalui Innovillage menjadi cerminan bahwa penguatan ketahanan pangan tidak bisa dilakukan secara parsial. Dengan menyatukan kekuatan antara dunia akademik, industri, masyarakat sipil, dan komunitas desa, Indonesia dapat membangun sistem pangan yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan. Inovasi sosial berbasis teknologi tidak lagi menjadi sekadar proyek akademik, tetapi sebuah langkah konkret menuju transformasi sosial yang berdampak nyata. (Ril)


Berita Terkait


News Update