Sayangnya, di era digital, perhatian orang tua sering kali teralihkan oleh gawai.
Padahal, anak sangat membutuhkan ruang aman untuk bercerita dan didengarkan tanpa penghakiman.
Dr. Nunki menekankan pentingnya menghadirkan komunikasi dua arah yang hangat dan empatik.
"Anak belum tentu bisa mengungkapkan perasaan mereka dengan tepat. Maka orang tua harus menjadi pendengar yang aktif dan memahami makna di balik perilaku anak," ujarnya.
Konsultasi ke psikolog anak juga disarankan, terutama bila anak menunjukkan gejala yang menetap.
Tak hanya dari sisi psikologis, faktor fisik juga memengaruhi stabilitas mental seseorang.
Dalam konteks ini, praktik water fasting atau puasa air selama 24 jam menjadi metode yang semakin populer untuk detoksifikasi tubuh.
Meskipun masih menjadi topik perdebatan ilmiah, beberapa studi menunjukkan bahwa water fasting dapat membantu meningkatkan fokus, memperbaiki kualitas tidur, serta menurunkan stres oksidatif dalam tubuh.
Detoksifikasi ini tak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga memberi ruang bagi pikiran untuk lebih jernih dan tenang.
Namun, praktik ini sebaiknya dilakukan dengan pengawasan tenaga medis, terutama bagi anak-anak atau individu dengan kondisi kesehatan tertentu.
Perbedaan Anak Aktif vs Anak Hiperaktif
Sering kali orang tua merasa khawatir ketika anak mereka terlalu aktif.
Namun penting untuk membedakan antara anak aktif secara normal dengan anak yang mengalami Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).