Sementara itu, Iran merespons ancaman tersebut dengan meningkatkan kesiapsiagaan militer. Latihan militer digelar lebih awal dari jadwal, dan Komandan Garda Revolusi, Hossein Salami, menegaskan bahwa tanggapan Teheran kali ini akan “mengguncang kawasan.”
Dilansir dari The New York Times bahwa Iran telah menyiapkan ratusan rudal balistik sebagai bagian dari skenario balasan, yang tak hanya menargetkan Israel tetapi juga pangkalan militer AS di Timur Tengah.
Presiden AS Donald Trump sempat meminta Israel untuk menahan diri dan membuka kembali jalur diplomasi. Namun, upaya diplomatik terus mengalami kebuntuan, terutama karena Iran tetap mempertahankan program pengayaan uranium tingkat rendah yang mereka klaim sah dan untuk tujuan damai.
Kecaman dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) atas ketidakpatuhan Iran terhadap kewajiban nuklirnya semakin memperburuk situasi.
Baca Juga: Setelah Gagal di Gaza, Israel Serang Tepi Barat dan Membuat 884 Warga Palestina Meninggal Dunia
Sebagai balasan, Iran menyatakan akan meningkatkan tingkat pengayaan uranium, sebuah langkah yang berpotensi memicu eskalasi konflik lebih lanjut.
Kini, dengan pembatasan gerak telah diberlakukan dan semua pihak berada dalam posisi siaga, dunia menantikan perkembangan selanjutnya.
Jika serangan Israel benar-benar terjadi, kawasan Timur Tengah bisa saja memasuki fase baru konflik terbuka yang melibatkan kekuatan-kekuatan besar dunia.