Waspada Varian Baru Covid-19, Apakah Nimbus Lebih Menular dan Berbahaya dari Omicron?

Rabu 11 Jun 2025, 12:25 WIB
Ilustrasi virus Covid- 19. Varian baru Covid-19 Nimbus dilaporkan lebih menular. Ketahui gejalanya, peta sebaran di 22 negara, dan penjelasan ahli tentang mutasi antibodi yang perlu diwaspadai. (Sumber: Freepik/kjpargeter)

Ilustrasi virus Covid- 19. Varian baru Covid-19 Nimbus dilaporkan lebih menular. Ketahui gejalanya, peta sebaran di 22 negara, dan penjelasan ahli tentang mutasi antibodi yang perlu diwaspadai. (Sumber: Freepik/kjpargeter)

POSKOTA.CO.ID - Dunia kembali waspada terhadap ancaman varian baru Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengeluarkan peringatan terkait kemunculan varian NB.1.8.1, yang dinamai "Nimbus".

Varian ini telah ditetapkan sebagai Variant Under Monitoring (VUM) setelah menunjukkan peningkatan penyebaran yang signifikan sejak pertengahan April 2025.

Laporan terbaru WHO mengungkapkan bahwa varian Nimbus mulai mendominasi sirkulasi global, menggantikan varian sebelumnya, LP.8.1.

Peningkatan kasus ini memicu kekhawatiran di kalangan ahli epidemiologi, terutama karena varian baru ini membawa mutasi tertentu yang dapat memengaruhi efektivitas kekebalan tubuh.

Baca Juga: Kemenkes Catat 75 Kasus Covid-19 di Indonesia 2025, Bagaimana Situasi Terkini?

Masyarakat diimbau untuk tetap waspada, meskipun WHO menegaskan bahwa belum ada bukti varian ini menyebabkan penyakit lebih parah.

Namun, karakteristik penyebarannya yang lebih cepat dan kemampuan potensialnya untuk menghindari sistem imun menjadi fokus utama pemantauan global saat ini.

Mengapa Varian Nimbus Menjadi Perhatian?

Varian Nimbus memiliki beberapa mutasi kritis yang memengaruhi respons kekebalan tubuh. Mutasi pada posisi 435 menyebabkan penurunan efektivitas netralisasi antibodi, sementara mutasi di posisi 478 meningkatkan kemampuan virus untuk menghindari sistem imun.

Menurut World Health Network (WHN), varian ini lebih mudah menular dibandingkan varian sebelumnya. Gejala yang dilaporkan meliputi:

  • Nyeri tenggorokan parah (digambarkan seperti "disayat silet/razor-blade")
  • Lemah dan kelelahan
  • Batuk ringan
  • Demam
  • Nyeri otot

Peningkatan Kasus Global

Hingga 18 Mei 2025, sebanyak 518 sekuens NB.1.8.1 telah diunggah ke GISAID dari 22 negara, mencakup 10,7 persen dari total sekuens global pada Minggu Epidemiologi ke-17 (21-27 April 2025). Angka ini meningkat pesat dari 2,5 persen pada empat minggu sebelumnya.

Wilayah dengan Penyebaran Tertinggi:

  • Pasifik Barat (WPR): Meningkat dari 8,9 persen menjadi 11,7 persen
  • Amerika (AMR): Naik dari 1,6 persen menjadi 4,9 persen
  • Eropa (EUR): Melonjak dari 1,0 persen menjadi 6,0 persen

Sementara itu, Asia Tenggara (SEAR) hanya melaporkan 5 kasus, sedangkan Afrika (AFR) dan Mediterania Timur (EMR) belum terdeteksi.

Baca Juga: Waspada Varian Baru COVID-19 Nimbus NB.1.8.1, Kenali Gejala dan Cara Pencegahannya

Apakah Varian Nimbus Lebih Berbahaya?

WHO menegaskan bahwa belum ada bukti varian ini menyebabkan penyakit lebih parah dibanding varian sebelumnya.

"Meskipun terdapat peningkatan kasus dan rawat inap secara bersamaan di beberapa negara tempat NB.1.8.1 menyebar luas, data saat ini tidak menunjukkan bahwa varian ini menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar," demikian pernyataan WHO, dikutip dari laman resminya, Selasa 10 Juni 2025.

Asal Usul dan Karakteristik Nimbus

Varian Nimbus pertama kali terdeteksi pada akhir Januari 2025 sebagai subvarian dari Omicron JN.1. Dr. Shira Doron, Kepala Pengendalian Infeksi di Tufts Medicine, menjelaskan bahwa varian ini memiliki perbedaan genetik signifikan dari strain dominan sebelumnya.

Meski begitu, varian Omicron baru tampaknya berevolusi menjadi lebih mirip satu sama lain dan dapat mengurangi risiko pergeseran besar dalam penyakit tersebut.

Negara yang Telah Melaporkan Kasus Nimbus

  • Amerika Serikat (AS): Terdeteksi di California, Washington, Virginia, dan New York.
  • China dan Hong Kong: Menjadi episentrum penyebaran tercepat.
  • 22 Negara Lain: Termasuk beberapa negara di Eropa dan Pasifik Barat.

Benarkah Nimbus Lebih Menular?

Dr. Lara Herrero, ahli virus dari Universitas Griffith, Australia, menyatakan bahwa varian ini memiliki afinitas pengikatan lebih kuat terhadap reseptor ACE2 manusia, yang memungkinkannya menginfeksi sel lebih efisien.

Dr. Herero menyebutkan bahwa "Dengan menggunakan model berbasis laboratorium, para peneliti menemukan NB.1.8.1 memiliki afinitas pengikatan terkuat terhadap reseptor ACE2 manusia dari beberapa varian yang diuji, yang menunjukkan bahwa ia dapat menginfeksi sel lebih efisien daripada strain sebelumnya,"

Dr. Chun Tang, dokter umum di Pall Mall Medical (Inggris), menambahkan bahwa perubahan pada protein spike Nimbus mungkin membuatnya lebih mudah menular, tetapi belum terbukti lebih mematikan.

Baca Juga: Gejala COVID-19 Varian Nimbus, Apakah Lebih Berbahaya?

Apakah Vaksin Masih Efektif?

WHO menyatakan bahwa vaksin COVID-19 saat ini masih memberikan perlindungan terhadap gejala berat dan rawat inap akibat varian Nimbus. Namun, pemantauan terus dilakukan untuk memastikan efektivitasnya.

Varian Nimbus (NB.1.8.1) menjadi sorotan WHO karena penyebarannya yang cepat dan potensi evasi imun. Meski belum terbukti lebih berbahaya, masyarakat diimbau untuk tetap waspada, memakai masker di keramaian, dan melengkapi vaksinasi.

"Kami terus memantau perkembangan varian ini dan akan memberikan pembaruan jika ada perubahan signifikan," tegas WHO. Dengan terus berkembangnya varian Nimbus NB.1.8.1, kewaspadaan dan disiplin masyarakat tetap menjadi kunci utama dalam mencegah lonjakan kasus.

Para ahli menekankan pentingnya menjaga protokol kesehatan, termasuk penggunaan masker di tempat umum dan ruang tertutup, meskipun vaksinasi masih memberikan perlindungan terhadap gejala berat.

WHO dan berbagai lembaga kesehatan global terus memantau perkembangan varian ini secara ketat. Masyarakat diimbau untuk selalu memperbarui informasi dari sumber resmi dan tidak panik, namun tetap waspada terhadap gejala-gejala COVID-19 yang mungkin muncul.


Berita Terkait


News Update