Analisis genomik menunjukkan bahwa Nimbus NB.1.8.1 memiliki kaitan dengan varian XDV.1.5.1 dan JN.1. Dibandingkan dengan varian LP.8.1 yang sebelumnya dominan, Nimbus membawa beberapa mutasi pada protein spike, yaitu:
- T22N
- F59S
- G184S
- A435S
- V445H
- T478I
Mutasi-mutasi ini diduga menjadi penyebab peningkatan kemampuan penularan varian Nimbus, meskipun dampak klinisnya masih dalam pemantauan ketat.
Baca Juga: Gejala COVID-19 Varian Nimbus, Apakah Lebih Berbahaya?
Respons Global dan Kewaspadaan Nasional
Laporan Disease Outbreak News WHO menegaskan perlunya pengawasan intensif terhadap perkembangan varian ini. Beberapa negara telah meningkatkan pengurutan genom (genomic sequencing) untuk memantau penyebarannya.
Pemerintah Indonesia diharapkan memperkuat sistem deteksi dini dan kesiapan fasilitas kesehatan, mengingat potensi lonjakan kasus seperti yang terjadi pada gelombang sebelumnya.
Kuncinya adalah tidak panik, tetapi tetap waspada. Protokol kesehatan dan vaksinasi booster masih menjadi pertahanan utama. Para ahli terus memantau perkembangan varian Nimbus NB.1.8.1 melalui penelitian genomik dan analisis epidemiologis.
Hasil pemantauan ini akan menentukan apakah status varian akan ditingkatkan menjadi Variant of Interest (VOI) atau bahkan Variant of Concern (VOC) di masa mendatang.
Masyarakat diimbau untuk tetap tenang namun waspada, dengan terus menerapkan protokol kesehatan dan melengkapi vaksinasi. "Kita harus belajar dari pengalaman pandemi sebelumnya bahwa kewaspadaan dini dan respons cepat sangat menentukan dalam mengendalikan penyebaran varian baru," pungkas Prof. Tjandra menutup pernyataannya.