POSKOTA.CO.ID - Raja Ampat, kawasan kepulauan eksotis di Papua Barat Daya, dikenal sebagai salah satu kawasan dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia.
Namun, belakangan ini, wilayah tersebut menjadi sorotan tajam publik setelah aktivitas pertambangan oleh dua perusahaan, salah satunya PT Gag Nikel, dianggap mengancam kelestarian lingkungan.
PT Gag Nikel adalah perusahaan pertambangan yang beroperasi di Pulau Gag, Raja Ampat, dan merupakan bagian dari entitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah naungan PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Perusahaan ini disebut sebagai pelaku utama dalam eksplorasi dan pengelolaan sumber daya nikel di wilayah tersebut.
Baca Juga: Viral di X Tagar SaveRajaAmpat, Ini Penjelasan Lengkap dan Maknanya
Isu lingkungan yang mencuat dipicu oleh kekhawatiran masyarakat dan organisasi lingkungan atas potensi kerusakan ekologis di sekitar area tambang.
Salah satu pernyataan keras datang dari organisasi Greenpeace Indonesia melalui akun media sosial mereka yang menyebut bahwa 'Surga terakhir Indonesia yang bernama Raja Ampat kini berada dalam ancaman keserakahan industri nikel'.
Di tengah riuhnya kritik terhadap aktivitas pertambangan tersebut, nama Arya Arditya Kurnia muncul ke permukaan.
Arya diketahui menjabat sebagai Direktur Operasi sekaligus pelaksana tugas (Plt) Presiden Direktur PT Gag Nikel.
Baca Juga: Hari Raya Iduladha 1446H, TelkomGroup Salurkan 946 Hewan Kurban untuk Masyarakat
Posisinya yang strategis menjadikan Arya sebagai figur sentral dalam manajemen operasional perusahaan.