POSKOTA.CO.ID - Tagar #SaveRajaAmpat kembali menjadi sorotan di jagat maya Indonesia pada awal Juni 2025.
Gerakan ini bukan hanya sekadar tren internet, melainkan ekspresi kepedulian nyata terhadap potensi ancaman yang membayangi Raja Ampat, salah satu kawasan dengan kekayaan hayati laut paling tinggi di dunia, yang terletak di Papua Barat Daya.
Munculnya gerakan ini berkaitan dengan meningkatnya kekhawatiran publik atas aktivitas pertambangan nikel yang menjamur di sejumlah pulau kecil di Raja Ampat aktivitas yang dinilai bisa menyebabkan kerusakan permanen pada ekosistem darat dan laut.
Apa itu #SaveRajaAmpat dan Kenapa Viral?
Tagar ini mulai ramai dibicarakan setelah Greenpeace Indonesia merilis kampanye visual di media sosial yang menyoroti adanya penambangan nikel di beberapa pulau Raja Ampat.
Baca Juga: Viral Aksi Greenpeace, Ada Apa di Balik Seruan 'Save Raja Ampat'?
Dalam kampanye tersebut, disebutkan bahwa Pulau Gag, Kawe, dan Manuran kini menjadi sasaran eksploitasi sumber daya nikel.
Greenpeace memperingatkan bahwa kegiatan tambang di wilayah ini bisa mencemari lingkungan, mengganggu ekosistem, serta mengancam kehidupan masyarakat adat yang selama ini menjaga alam secara turun-temurun.
Dalam unggahan Instagram @greenpeaceid, mereka menulis: “The Last Paradise: satu per satu keindahan Indonesia dirusak demi kepentingan sesaat segelintir oligarki.”
Raja Ampat: Surga yang Harus Dijaga
Raja Ampat telah lama dijuluki “surga terakhir di Bumi” karena memiliki lebih dari 75 persen spesies karang dunia serta lebih dari 1.300 jenis ikan menjadikannya salah satu pusat keanekaragaman hayati laut terbesar di planet ini.
Status Raja Ampat sebagai Global Geopark UNESCO dan kawasan konservasi dunia ternyata belum cukup ampuh melindunginya dari ancaman industri ekstraktif.
Dalam kerangka program hilirisasi nikel nasional, pemerintah memperluas wilayah eksplorasi ke Papua Barat Daya, setelah sebelumnya berfokus di Sulawesi dan Maluku.