“Banyak yang ambil ke saya. Kita justru support mereka. Kalau ada yang butuh, tinggal ambil aja. Sama-sama cari rezeki,” ucapnya.
Meski tahun ini bertepatan dengan tahun ajaran baru dan momen kelulusan sekolah, yang biasanya memengaruhi daya beli masyarakat, Fery tetap optimis. Ia memprediksi omzet bisa menyentuh angka setengah miliar rupiah bila seluruh stok hewan terjual habis.
“Kalau habis semua, omzetnya bisa lebih dari Rp500 juta. Minimal ya sekitar Rp350 juta,” ujarnya.
Fery menambahkan, omzet tertingginya pernah terjadi pada 2021, saat harga pakan masih murah dan permintaan tinggi. Saat itu, ia mencatat omzet lebih dari Rp300 juta dengan penjualan sekitar 80 ekor kambing di tengah pandemi Covid-19.
Untuk efisiensi biaya, Fery memanfaatkan limbah pabrik tahu dan tempe sebagai pakan. Ampas tersebut dicampur dengan rumput olahan agar kualitas hewan tetap terjaga dan biaya operasional bisa ditekan.
“Pakai ampas tahu dan tempe dari pabrik sekitar sini. Diolah lagi dicampur rumput, jadi nggak perlu beli pakan mahal-mahal,” ujarnya.
Meski usahanya tetap menggeliat, Fery berharap pemerintah lebih memperhatikan kondisi kesehatan hewan kurban di lapangan, terutama jelang Hari Raya Iduladha.
“Harapan saya, pemerintah rajin cek kandang-kandang petani. Perhatikan kesehatan hewan. Karena untuk kurban itu nggak sembarang binatang, harus sesuai syariat juga,” katanya.
Dengan semangat dagang dan jejaring yang solid, Fery menjadi contoh bagaimana usaha ternak dan jual-beli hewan kurban masih menjanjikan, bahkan di tengah tekanan ekonomi. Ia percaya bahwa kerja keras, kualitas produk, dan menjaga hubungan baik dengan pelanggan adalah kunci utama keberhasilannya.
“Yang penting dagangan habis. Soal omzet, kita ikhtiar saja. Namanya juga dagang,” kata dia. (cr-3)