POSKOTA.CO.ID - Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gangguan kesehatan mental adalah kondisi yang memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang, sehingga menyebabkan gangguan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Kecanduan, secara medis, diartikan sebagai disfungsi kronis pada sistem otak yang melibatkan motivasi, memori, dan penghargaan (reward).
Orang yang kecanduan biasanya bertindak secara kompulsif, terobsesi untuk mencari kepuasan, dan kesulitan mengendalikan perilaku meskipun mengetahui konsekuensinya.
Baca Juga: Jangan Panik! Lakukan Hal Ini jika Pinjol Sebar Data, Simak Penjelasannya

Kecanduan pinjol belum secara spesifik diklasifikasikan sebagai gangguan kesehatan mental dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), yang merupakan panduan utama untuk diagnosis gangguan mental.
Namun, perilaku ini menunjukkan kemiripan dengan kecanduan perilaku (behavioral addiction), seperti kecanduan judi atau belanja kompulsif.
Proses pengajuan pinjol yang cepat dan memberikan kepuasan instan dapat menciptakan pola serupa dengan kecanduan lainnya, seperti penggunaan media sosial atau zat adiktif.
Ketika seseorang terus-menerus mengajukan pinjaman untuk mengatasi masalah keuangan atau emosional, otak mereka mulai mengasosiasikan tindakan tersebut dengan solusi sementara, meskipun konsekuensinya merugikan.
Baca Juga: Mengabaikan Panggilan Telepon Debt Collector Pinjol Bisa Berakibat Fatal? Simak Penjelasannya
Penjelasan Ilmiah tentang Dampak Psikologis Kecanduan Pinjol
Secara ilmiah, kecanduan pinjol dapat memengaruhi kesehatan mental melalui beberapa mekanisme.
Tekanan finansial akibat utang yang menumpuk dapat memicu stres kronis. Stres ini dapat mengganggu fungsi neurotransmitter seperti serotonin dan dopamin, yang berperan dalam mengatur suasana hati dan emosi.
Penelitian dari Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa gangguan suasana hati, seperti depresi dan kecemasan, sering kali dipengaruhi oleh ketidakseimbangan neurotransmitter ini.
Siklus utang yang tidak kunjung usai dapat menyebabkan perasaan putus asa, rendah diri, dan rasa bersalah yang ekstrem.
Baca Juga: Terpaksa Gagal Bayar Pinjol? Simak Tahapan Proses Penagihannya
Hal ini diperparah oleh stigma sosial terhadap kegagalan finansial, yang dapat membuat seseorang merasa terisolasi.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi gangguan emosional seperti depresi dan kecemasan di Indonesia meningkat dari 6% pada 2013 menjadi 9,8% pada 2018, dengan faktor ekonomi sebagai salah satu pemicunya.
Kecanduan pinjol dapat memperburuk kondisi kesehatan mental yang sudah ada, seperti gangguan kecemasan atau depresi.
Baca Juga: Terpaksa Menghadapi Oknum Debt Collector Pinjol yang Kasar? Begini Cara Mengatasinya
Seseorang yang sudah mengalami tekanan psikologis mungkin menggunakan pinjol sebagai mekanisme koping untuk mengatasi masalah, tetapi justru terjebak dalam pola yang merusak.
Studi yang diterbitkan di Journal of Urban Health pada 2016 menemukan bahwa 43,3% orang yang menyalahgunakan zat adiktif juga mengalami masalah mental, menunjukkan hubungan erat antara kecanduan dan gangguan kesehatan mental.
Meskipun penelitian ini berfokus pada zat, prinsip yang sama dapat diterapkan pada kecanduan perilaku seperti pinjol.
Baca Juga: Lindungi Kontak Darurat dari Teror Debt Collector Pinjol! Ini Cara Ampuhnya, Simak Selengkapnya
Faktor Penyebab dan Risiko Kecanduan Pinjol
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kecanduan pinjol. Faktor psikologis, seperti rendahnya harga diri, kecemasan, atau depresi, dapat mendorong seseorang mencari solusi cepat melalui pinjaman online.
Selain itu, faktor sosial seperti kurangnya literasi keuangan, tekanan dari lingkungan, atau kemudahan akses ke aplikasi pinjol juga berperan besar.
Budaya konsumtif yang didorong oleh media sosial dapat memperburuk situasi, karena individu mungkin merasa perlu memenuhi ekspektasi gaya hidup tertentu.
Faktor lingkungan, seperti kemiskinan atau ketidakstabilan ekonomi, juga menjadi pemicu. Di Indonesia, di mana akses ke layanan keuangan formal sering kali terbatas, pinjol menjadi alternatif yang menarik, tetapi juga berisiko.
Ketidakmampuan untuk mengelola keuangan dengan baik sering kali memperparah siklus kecanduan ini.
Baca Juga: Benarkah DC Pinjol Takut Datangi Rumah Debitur? Ini Fakta Mengejutkannya
Cara Mengatasi Kecanduan Pinjol
Mengatasi kecanduan pinjol memerlukan pendekatan yang holistik, mencakup intervensi psikologis dan pengelolaan keuangan.
- Pertama, penting untuk mencari bantuan profesional, seperti psikolog atau konselor, untuk mengatasi pola pikir kompulsif dan dampak emosional dari utang.
- Kedua, edukasi keuangan sangat penting. Individu perlu belajar cara membuat anggaran, mengelola pengeluaran, dan mencari alternatif pendanaan yang lebih aman.
- Ketiga, dukungan sosial dari keluarga atau komunitas dapat membantu mengurangi rasa isolasi dan memberikan motivasi untuk keluar dari siklus utang.