POSKOTA.CO.ID — Mees Hilgers meninggalkan rumah di usia 16 tahun bukan hanya demi sepak bola. Ia juga harus belajar hidup mandiri di kota asing, jauh dari orang tua.
Keputusan hijrah ke Enschede menjadi titik awal perjalanan berat Hilgers menuju tim utama FC Twente. Dalam dokumenter De ROOTS van MEES HILGERS yang dirilis ESPN.
“Setiap hari aku harus bangun pukul lima pagi, berangkat sekolah, latihan, lalu baru pulang jam sembilan malam,” ungkapnya. Aktivitas padat itu menguras fisik dan mental remaja asal Amersfoort tersebut.
Di tengah kesibukan, Hilgers menemukan ketenangan lewat dua masakan rumahan: nasi goreng dan soto. Hidangan sederhana itu diwariskan ibunya, Linda Tombeng.
Baca Juga: Kondisi Fisik Jay Idzes Jadi Kekhawatiran Jelang Laga Krusial Timnas Indonesia
"Aku tidak pandai masak. Ibuku hanya ajarkan dua resep: nasi goreng dan soto," kenangnya dengan senyum. "Itu yang selalu aku buat. Mudah dan cukup untuk beberapa hari."
Masakan itu bukan sekadar pengisi perut. Bagi Mees, dua menu khas Indonesia itu menjadi simbol rumah yang ia rindukan.
“Saya pikir itu yang menyelamatkan saya. Ada rasa rumah di dalamnya,” kata bek kelahiran 2001 itu.
Linda Tombeng, sang ibu, sempat merasa waswas membiarkan putranya hidup sendiri. Namun ia juga melihat semangat besar Mees dalam mengejar impian.
Baca Juga: Jadwal dan Info Siaran Langsung AC Milan vs Bologna di Final Coppa Italia 2025
"Kadang saya pikir, 'Apa yang kita lakukan ini benar?' Tapi Mees selalu menunjukkan semangat yang besar," ujarnya. "Dia ingin berdiri di atas kakinya sendiri."
.png)
