Namun, tindakan permanen seperti vasektomi, terutama jika tidak bisa dikembalikan fungsinya, dikhawatirkan akan menjadi bentuk penentangan terhadap takdir Allah.
“Jika benar itu pemandulan selama-lamanya, maka jelas tidak diperkenankan dalam fikihnya,” tegasnya.
Meskipun ada klaim bahwa vasektomi saat ini dapat dibalikkan melalui teknologi medis, Buya Yahya tetap mengingatkan bahwa hal tersebut belum mendapatkan kesepakatan penuh dari kalangan medis dan belum terbukti sepenuhnya.
Ia juga menyarankan agar pemerintah fokus pada edukasi pengaturan kehamilan yang tidak menyalahi syariat, serta lebih memperhatikan pendekatan persuasif dan kemanusiaan.
“Yang terpenting kan edukasi, edukasi, pendidikan,” imbuhnya.
Di akhir penjelasannya, Buya Yahya mengajak semua pihak, termasuk para pemimpin, untuk saling terbuka dan bijak dalam menyikapi perubahan sosial.
“Kami himbau kepada siapapun pemimpin Anda, jika mereka itu menginginkan perubahan kepada lebih baik, dukung dari sisi ini, tinggal ini ujian bagi kita bagaimana cara kita membantu membuat perubahan, tanpa harus memusuhi,”