Kontroversi Pemakzulan Wapres Gibran Rakabuming Raka, Pengamat Politik: Gibran Tak Butuh Skincare, Tapi Braincare

Minggu 11 Mei 2025, 10:27 WIB
Potret Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. (Sumber: Instagram/@gibran_rakabuming)

Potret Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. (Sumber: Instagram/@gibran_rakabuming)

POSKOTA.CO.ID – Pengamat politik Rocky Gerung menyampaikan kritik tajam terhadap Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka, menyebut bahwa legitimasi politik yang sah tidak cukup untuk menjawab keresahan psikologis publik yang kian membesar, terutama di tengah potensi eskalasi konflik internasional dan ketidakstabilan dalam negeri.

"Bayangkan, eskalasi perang antara India dan Pakistan. Dua-duanya punya nuklir. Rudal India sudah tiba di Pakistan. Kalau itu berubah menjadi perang proksi, Gibran mau ngapain di situ? Mesti ada pembagian kerja tuh," ujar Rocky pada Sabtu, 10 Mei 2025, dikutip oleh Poskota dari kanal YouTube Indonesia Lawyers Club.

Rocky mengungkapkan bahwa keresahan publik, khususnya generasi muda, mulai mencuat.

Ia mengisahkan pengalamannya berbicara dengan seorang siswa SMA yang mempertanyakan masa depan Indonesia jika dipimpin oleh Gibran.

Baca Juga: Isu Pemakzulan Wapres Gibran Rakabuming Raka, Said Didu: Kalau Mau Kembali ke Nilai Moral, Makzulkan

“Tadi saya ngobrol dengan anak SMA kelas 1. Dia tanya ke saya, ‘Pak, saya punya masa depan enggak kalau 202 Gibran yang jadi presiden?’” tutur Rocky. Ia menambahkan bahwa pertanyaan itu mencerminkan kekhawatiran generasi muda terhadap arah politik nasional.

Menurutnya, meskipun secara hukum Gibran memiliki legitimasi, tekanan publik secara psikologis mengarah pada dorongan pemakzulan.

“Secara konstitusi ada, tetapi secara politik enggak mungkin,” ujarnya. “Politik itu bukan the art of the possible, yang mungkin mana, tapi the attacking the impossible,” ujar Rocky.

Rocky juga menyebut bahwa gelombang protes yang telah berlangsung selama berbulan-bulan menjadi latar belakang menguatnya dorongan pemakzulan dari kalangan tertentu, termasuk para purnawirawan TNI.

Baca Juga: Muncul Isu Retaknya Hubungan Presiden Prabowo dan Wapres Gibran, Pengamat Politik: Mulai Terbentuk Jarak Psikologis

“Nama itu Fufu Fafa, ijazah palsu, paman siapa namanya, itu kan? Jadi di benak publik tertanam itu,” katanya, merujuk pada julukan-julukan yang beredar di masyarakat sebagai bentuk ketidakpercayaan publik terhadap Gibran.

Berita Terkait

News Update