Ia menyebut kondisi psikologis publik sebagai bentuk “psychological madness” yang patut diperhatikan oleh pemerintah. Rocky menilai kabinet saat ini kehilangan kepekaan dalam menghadapi kondisi krisis, termasuk ketidakmampuan dalam mengelola keuangan negara secara efisien.
"Kan kabinet tiba-tiba jadi bego karena enggak mampu lagi untuk merampok APBN yang diefisiensikan oleh presiden. Pragmatisme itu juga ada di kita tuh," katanya.
Rocky juga menyindir kapasitas personal Gibran sebagai pemimpin nasional. “Kemampuan Gibran adalah membagi-bagi skincare. Soalnya, kenapa dia enggak pakai sendiri? Tidak perlu. Yang dia butuh bukan skincare tapi brain care,” ucapnya tajam.
Baca Juga: Dianggap Tak Cocok sebagai Wapres, Pakar Hukum Tata Negara: Gibran Tidak Punya Karir Politik
Ia menyebut bahwa persoalan ini bukan hanya soal konstitusi, tetapi merupakan panggilan moral bagi seluruh elemen bangsa.
“Kita coba mendudukkan masalah ini sebagai moral call. Yang mungkin kalau masuk DPR, tukar tambah terjadi. Tetapi kalaupun batal dimakzulkan, memori publik sudah definitif, wah, kapasitas Gibran enggak cukup,” pungkas Rocky.