Tak hanya minim literasi finansial, pengetahuan terkait keamanan dan perlindungan sistem, data diri, jaringan, privasi dan ancaman serangan digital pun minim.
“Perempuan yang terjerat dalam kasus pinjol ini dihadapkan pada kebutuhan mendesak, tekanan ekonomi serta biaya kehidupan sehari-hari atau untuk biaya pendidikan sekolah anak serta perilaku konsumtif,” ucapnya.
“Keberadaan pinjol yang menawarkan pencairan dana mudah, cepat dan tanpa banyak syarat menjadi pilihan masyarakat untuk memenuhi berbagai macam tuntutan yang dihadapi. Namun keberadaan pinjol ilegal berbunga tinggi mengakibatkan masyarakat justru terlilit utang dan perempuan menjadi salah satu korban terbanyak,” sambungnya.
Baca Juga: Bank Indonesia Tegaskan Tidak Blokir Rekening Gagal Bayar Pinjol, Ini Faktanya!
Novi juga menyoroti terjeratnya perempuan dalam pusaran utang pinjol ini mengakibatkan dampak yang luar biasa.
Perempuan tidak hanya mengalami kekerasan secara psikis dan fisik semata, tetapi tekanan sosial di mana dalam beberapa kasus mengakibatkan hilang nyawa atau bunuh diri.
“Tak hanya perempuan sebagai ibu rumah tangga, mahasiswa hingga anak sekolah turut tereksploitasi,” ujarnya.
Kendati demikian pentingnya bagi perempuan untuk mempelajari literasi keuangan agar bisa lebih bijak dan terhindar dari prakti pinjaman ilegal yang merugikan.
“Akses dan literasi finansial, transformasi digital, cybersecuriity bagi perempuan harus terus ditingkatkan agar tidak ada lagi kesenjangan yang dirasakan perempuan,” pungkasnya.
Disclaimer: Artikel ini hanya berupa informasi umum dan bukan ajakan atau saran untuk mengajukan pinjaman online. Jika Anda berminat mengajukan pinjaman pahami risikonya. Tanggung jawab dalam proses pengajuan sepenuhnya berada di tangan pengguna bukan Poskota.