Jangan Anggap Sepele! Ini Dampak Pindar dan Paylater terhadap Kesehatan Mental

Senin 28 Apr 2025, 13:51 WIB
Ilustrasi. Dampak pindar dan paylater terhadap kesehatan mental yang perlu diketahui. (Sumber: Freepik/wavebreakmedia_micro)

Ilustrasi. Dampak pindar dan paylater terhadap kesehatan mental yang perlu diketahui. (Sumber: Freepik/wavebreakmedia_micro)

Dikutip dari YouTube Inner Boost pada Senin, 28 April 2025, salah satu efek psikologis dari penggunaan pindar dan paylater adalah dorongan untuk terus membeli demi mendapatkan kepuasan instan.

Saat seseorang membeli barang yang diinginkan, otak melepaskan dopamin, hormon yang memicu rasa senang. Namun, sensasi ini hanya sementara.

Ketika rasa puas itu hilang, muncul keinginan untuk membeli lagi. Pola ini menciptakan kebiasaan belanja impulsif yang dapat berkembang menjadi kecanduan konsumtif.

Saat tagihan mulai menumpuk dan tidak mampu dibayar, muncul kecemasan, rasa bersalah, hingga tekanan emosional yang serius.

Fakta dan Data Mengkhawatirkan

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai transaksi pinjaman daring di Indonesia pada tahun 2022 mencapai triliunan rupiah, dengan jutaan pengguna aktif.

Sayangnya, peningkatan ini juga diiringi oleh lonjakan laporan dampak negatif terhadap kesehatan mental.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Komnas HAM dan OJK menunjukkan bahwa 60 persen pengguna pindar mengalami tekanan mental akibat tidak mampu melunasi utang.

Bahkan, 70 persen di antaranya mengaku mengalami kecemasan berat karena teror dari debt collector (DC), yang tidak jarang dilakukan secara verbal maupun dengan menyebarkan data pribadi.

Ilusi Kebahagiaan Sementara

Membeli barang impian memang bisa membawa kebahagiaan. Namun, riset menunjukkan bahwa kebahagiaan dari konsumsi materi bersifat singkat.

Ketika pembayaran jatuh tempo tiba dan bunga atau denda mulai menumpuk, rasa puas tadi berganti menjadi stres dan penyesalan.

Lebih parahnya, hal ini dapat mengubah persepsi kita tentang makna kebahagiaan.

Banyak orang mulai meyakini bahwa kebahagiaan hanya bisa didapat dari membeli barang, padahal sejatinya, kebahagiaan yang lebih tahan lama justru datang dari hubungan sosial, kesehatan, dan pencapaian diri.

Milenial dan Gen Z: Generasi Paling Rentan

Berita Terkait

News Update