Generasi milenial dan Gen Z menjadi target utama layanan pindar dan paylater. Terbiasa hidup di era digital, generasi ini sangat terbuka terhadap inovasi keuangan digital.
Mereka juga menjadi konsumen utama e-commerce, tempat di mana paylater sering dijadikan opsi pembayaran.
Namun, inilah yang membuat mereka lebih rentan terhadap jebakan utang. Survei dari Jakarta Post menyebutkan bahwa lebih dari 60 persen milenial dan Gen Z di Indonesia pernah menggunakan pindar atau paylater, mayoritas untuk keperluan konsumtif. Ini menjadi alarm akan potensi krisis utang generasi muda.
Utang dan Kesehatan Mental: Hubungan yang Serius
Utang yang tak terkelola dengan baik bisa memicu berbagai gangguan kesehatan mental, seperti:
- Kecemasan: Ketidakmampuan membayar utang menciptakan tekanan mental yang konstan.
- Stres kronis: Kondisi finansial yang memburuk mengganggu fokus dan produktivitas harian.
- Gangguan tidur: Banyak orang kesulitan tidur karena memikirkan tagihan yang menumpuk.
- Depresi: Dalam kasus ekstrem, utang bisa menyebabkan perasaan putus asa, bahkan keinginan untuk mengakhiri hidup.
- Rasa malu dan rendah diri: Perasaan tidak mampu mengelola keuangan membuat banyak orang merasa terasing secara sosial.
Strategi Mengatasi Dampak Pindar dan Paylater
Meski situasi ini terdengar suram, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk melindungi diri:
1. Edukasi Keuangan Pribadi: Pelajari cara membuat anggaran, memahami bunga pinjaman, dan mengendalikan pengeluaran.
2. Batasi Penggunaan Pinjol dan Paylater: Gunakan hanya untuk kebutuhan mendesak, bukan gaya hidup.