KIAN banyak parpol, petinggi parpol dan elite politik yang menjaring aspirasi masyarakat melalui media sosial. Tak terkecuali Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) seperti dikatakan ketua umumnya, Muhaimin Iskandar.
Bahkan, Muhaimin meminta mengubah cara perjuangan partainya melalui media sosial untuk bisa menjaring lebih banyak lagi aspirasi masyarakat. Lebih aktif lagi dalam merajut kebersamaan dalam bersosial media.
Disebutkan, di dunia nyata, kader PKB berjumlah 16 juta orang, maka di media sosial pun 16 juta kadernya harus solid dalam setiap gerak langkah. PKB harus menjadi salah satu kekuatan yang akan mewarnai dunia maya (sosial media).
“Menjaring aspirasi melalui media sosial bukan yang baru dan tabu. Para caleg, kandidat kepala daerah sudah biasa menggunakan medsos untuk menjaring suara rakyat,” kata Bung Heri di hadapan Mas Bro dan Bang Yudi dalam obrolan warteg.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Berkarya Tak Kenal Pensiun
“Tak sedikit juga menggunakan medsos untuk pencitraan,” kata Yudi.
“Sah-sah saja. Membangun citra diri, organisasi dan perusahaan memang harus dilakukan. Sering disebut branding, upaya mengenalkan kebaikan yang dimilikinya,” jelas Mas Bro.
“Bagi perusahaan, promosi adalah bagian dari strategi bisnis untuk menarik lebih banyak minat masyarakat agar membeli produknya,” ucap Heri.
“Bagi dunia politik menumbuhkan ketertarikan dan dukungan massa atas perjuangan yang dilakukan. Bagi kandidat pejabat publik untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas,” tambah Mas Bro.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Silaturahmi Lebaran ke Solo
“Tapi tak sedikit pula kandidat yang tinggi elektabilitas dan popularitasnya di media sosial, tidak memenangkan kontestasi,” timpal Heri.
“Kadang dunia maya beda dengan dunia nyata. Di medsos luar biasa mendapat dukungan, jumlah pengikutnya luar biasa, sehingga diprediksi bakal menang,tetapi nyatanya kalah ketika kontestasi digelar,” ungkap Mas Bro.
“Berarti apa yang didapat di dunia maya, tak selamanya linear dengan hasil di dunia nyata ya?” ujar Yudi.
“Namanya juga beda dunia. Yang sama – sama di dunia nyata saja, kadang tak selaras antara kata dan perbuatan. Bilangnya mendukung , begitu di bilik suara berubah pikiran, dukungan dialihkan,” terang Heri.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Yang Pasti-Pasti Saja
“Yang jelas, melalui media sosial dapat cepat meraih popularitas. Ini tak dapat dipungkiri karena pengguna medsos sangat besar jumlahnya dari segala lapisan usia dan beragam latar belakangnya,” beber Mas Bro.
“Pantas tak sedikit pejabat yang menggunakan medsos untuk meraih simpati publik melalui kebijakan yang populis,” jawab Heri.
“Wajar-wajar saja, siapa pun bisa, kita pun dapat melakukannya, asal yang sesuai fakta, tidak mengada-ada, tidak pula penuh rekayasa. Jangan sudah melalui dunia maya, aktivitasnya maya juga,” urai Mas Bro. (Joko Lestari)