"Satu-satunya hal yang menghalangi kami dari suhu beku adalah tenda yang kami bangun sendiri," jelas Sha'ban al-Dalou.
Api Membakar Segalanya
Tenda yang digunakan sebagai tempat berlindung berubah menjadi peti mati ketika rumah sakit itu dibakar oleh bom Israel, yang menjebak Shaban dan kerabatnya dalam kobaran api.
Ayahnya, Ahmad al-Dalou, yang mengalami luka bakar parah, mengatakan bahwa dampak serangan itu mendorongnya keluar dari tenda.
Namun ia menyadari bahwa api membakar anak-anaknya meski berhasil menyelamatkan dua anaknya.
"Setelah itu, api telah membakar segalanya. Saya tidak bisa menyelamatkan siapa pun,” katanya.
Menurutnya, Shaban adalah anak yang rajin belajar dan telah menghafal seluruh Al-Quran. Bahkan selama perang, dia sering mengeluarkan laptopnya untuk belajar.
“Dia paling mencintai ibunya. Sekarang, dia telah menjadi martir di pelukan ibunya. Kami mengubur mereka dalam pelukan satu sama lain,” ujarnya.
Serangan yang menewaskan Shaban dan kerabatnya ini menghancurkan kamp darurat yang didirikan oleh orang-orang yang mengungsi di halaman rumah sakit, dan melukai sedikitnya 40 orang.
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.