JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Jengkol dan petai merupkan dua makanan jenis sayur yang populer di semua kalangan, bahkan juga cukup banyak difavoritkan.
Akan tetapi, terlalu banyak mengonsumsi jengkol dan petai dipercaya bisa mengakibatkan efek-efek buruk bagi kesehatan tubuh.
Meski belum terbukti bahwa makan jengkol dan petai bersamaan bisa menimbulkan sakit perut, tapi Anda tidak dianjurkan untuk memakan keduanya dalam jumlah yang terlalu banyak dan terlalu sering.
Jengkol dangan nama latinnya Archidendron Pauciflorum ini diidentifikasi dapat melukai ginjal, seperti disebutkan dalam sebuah penelitian yang dimuat pada International Medical Case Reports Journal.
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa djenkolism, sebutan untuk makan jengkol dalam jumlah berlebihan akan menghasilkan asam jengkolat.
Asam jengkolat inilah yang kemudian mengarah pada terbentuknya kristal pada ginjal saluran kemih.
Alhasil, ini dapat membuat Anda mengalami nyeri panggul, mual, muntah, sakit perut, dan sumbatan saluran kencing.
Bahkan, Anda juga berisiko mengalami cedera ginjal akut apabila sudah dalam kondisi yang cukup parah. Itulah mengapa Anda tidak disarankan makan jengkol dan petai terlalu banyak.
Berbagai gejala tersebut dapat semakin parah apabila Anda yang memang sudah memiliki asam lambung tinggi.
Ini karena kandungan asam jengkolat susah larut dalam air dan akan membentuk kristal saat berada pada kosentrasi asam lambung yang tinggi.
Kristal ini yang nantinya dapat menyumbat saluran kemih dan ginjal, hingga menimbulkan berbagai gejala pada tubuh.
Ahli kesehatan sekaligus pendakwah, dr. Zaidul Akbar, dalam Instagram dr_zaidulakbarvideo juga menyebutkan bahwa petai memiliki kandungan antioksidan tetapi tidak disarankan konsumsi dalam jumlah banyak.
"Ustadz apakah jengkol dan petai sehat? Kalau banyak-banyak tidak sehat, kalau Anda makan satu dua butir silakan, tidak masalah."
"Petai itu ada antioksidannya, ada penelitiannya, tapi jangan sekilo atau satu tangkai makannya."
"Ya kalau mau makan petai makan saja sama kulitnya, tidak masalah, meskipun tidak semua orang suka, saya tidak suka petai saya tidak suka jengkol," tutur dr. Zaidul Akbar.(*)