Naskah Khutbah Idul Adha 2024, Meneladani Kisah Nabi Ibrahim dalam Kehidupan Beragama

Sabtu 15 Jun 2024, 20:03 WIB
Naskah Khutbah Idul Adha 2024, Meneladani Kisah Nabi Ibrahim dalam Kehidupan Beragama. (Istimewa)

Naskah Khutbah Idul Adha 2024, Meneladani Kisah Nabi Ibrahim dalam Kehidupan Beragama. (Istimewa)

Pada pagi hari ini juga, kaum Muslimin yang menunaikan ibadah haji sebagai tamu Allah SWT, dhuyufurrahman, telah berkumpul melaksanakan wuquf di Arafah dan sedang berada di Mina untuk melaksanakan Jumratul ‘Aqabah. Mereka dengan pakaian ihramnya, berasal dari berbagai belahan dunia. Mereka datang dengan latar belakang bangsa, ras, warna kulit, budaya dan strata sosial yang berbeda satu sama lain. Namun, mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu memenuhi panggilan Allah SWT untuk menjadi tamu-Nya dan bertauhid meng-Esakan Allah SWT semata. Kita doakan semoga mereka mendapatkan haji yang mabrur. Amiin yaa raabbal ‘alamin

Bagi kaum Muslimin yang belum memiliki kemampuan menjadi tamu Allah SWT, mereka melaksanakan shalat Idul Adha dan ibadah qurban, sesuai dengan kemampuannya di manapun mereka berada. Ibadah qurban yang dilaksanakan kaum muslimin, sebagai salah satu upaya mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT.

Deskripsi kehidupan kaum muslimin ini, menggambarkan interelasi atau keterkaitan kuat antara orang yang menunaikan ibadah haji, dengan saudara-saudaranya yang tidak pergi ke Baitullah. Oleh karena itu, kita melaksanakan shalat Idul Adlha dan ibadah kurban pada hakikatnya sebagai bentuk kesadaran memenuhi perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Di pagi hari ini juga ada sebagian kita yang merasa bahagia karena orang-orang yang mereka sayangi dan orang-orang yang berjasa dalam hidupnya masih bersama mereka. Namun ada juga sebagian saudara-saudara kita yang merasa sedih karena orang yang yang mereka sayangi dan orang yang berjasa dalam hidupnya tidak bisa lagi bersama-sama menikmati idul adha pada tahun ini, karena mereka telah lebih dahulu dipanggil Allah, atau anak kesayangannya sedang berada di perantauan. Sedih, dan galau boleh-boleh saja dalam ajaran Islam, karena itu sudah merupakan kodrat manusia, namun jikalau kesedihan itu berlarut-larut sampai-sampai melupakan Allah itu yang dilarang. Maka dari itu mari kita halau kesedihan dan kegalauan itu dengan takbir. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa lillahil Hamd.

Kaum Muslimin sidang jama’ah Idil Adha rahimakumullah.

Ibadah qurban merupakan salah satu ibadah penting dalam ajaran Islam. Ibadah ini memiliki pondasi kuat dan memiliki akar sejarah panjang dalam tradisi rasul-rasul terdahulu. Ajaran qurban dan praktiknya telah ditunjukkan secara sinergi oleh para nabi dan rasul hingga Nabi Muhammad SAW . Nabi Ibrahim AS. dikenal sebagai peletak batu pertama ibadah ini. Peristiwa penyembelihan yang dilakukan Nabi Ibrahim AS terhadap putranya Nabi Isma’il AS merupakan dasar bagi adanya ibadah kurban. Nabi Ibrahim AS dengan penuh iman dan keikhlasan bersedia untuk menyembelih anak kesayangannya, Ismail hanya semata-mata untuk memenuhi perintah Allah SWT. Peristiwa yang mengharukan ini, dilukiskan dengan indah oleh Allah SWT dalam Alquran surat as-Shaffat ayat 102:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ ۝١٠٢

Jamaah ‘Idul Adha yang dimuliakan Allah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Waliilahil Hamd

Nabi Ibrahim merupakan sosok peternak yang sukses. Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Walaupun beliau sukses tapi tidak kikir, tidak sombong hal ini dibuktikan dengan kegemarannya berkurban setiap tahun. Karena begitu gemarnya berkurban, nabi Ibrahim mendapat pujian dari manusia dan para malaikat. Karena Merasa tersanjung, lalu nabi Ibrahimpun berkata : Jangankan mengorban domba, kalau itu perintah Allah anakpun sanggup aku korbankan.

Berawal dari sinilah Allah menguji nabi Ibrahim dengan memerintahkannya untuk menyembelih anaknya Ismail AS. Tentu kisah ini bukan saja ujian bagi Siti Hajar dan Nabi Ismail kecil. Tetapi juga bagi Nabi Ibrahim selaku ayah yang harus mengikhlaskan situasi demikian. Setelah Nabi Ismail beranjak remaja, Nabi Ibrahim kembali diuji untuk mengorbankan putranya. Perintah ini datang melalui mimpi pada tanggal 8 Dzulhijjah. Namun, perintah ini tak langsung diamini oleh Nabi Ibrahim. Ia masih meragukan apakah betul mimpi tersebut adalah perintah dari Allah swt. Kemudian, mimpi yang sama datang lagi pada tanggal 9 Dzulhijjah. Karenanya, tanggal tersebut dinamai hari Arafah, yakni hari saat Nabi Ibrahim arafa (mengetahui), meyakini bahwa mimpi yang datang di dalam tidurnya adalah betul-betul perintah dari Allah swt. Lantas, keesokan harinya, pada tanggal 10 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim melaksanakan perintah tersebut. Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat al-Shaffat ayat 101:

Pelajaran yang pertama bisa kita ambil dari kisahnya nabi Ibrahim adalah berhati-hatilah dalam berbicara. Karena ucapan adalah doa, doa akan didengar oleh Allah SWT dan akan diuji tentang apa yang kita ucapkan.


Berita Terkait


News Update