Pembina Abnon Jakarta Barat, Edwin (25) mengatakan jika sejak tahun 2022 saat dirinya lolos sebagai finalis, peserta Abnon sudah beragam, bukan hanya berasal dari satu suku, ras, atau agama.
"Jujur, banyak pujian dari para senior Abang None yang sudah-sudah tentang pemilihan 15 finalis Abang None tahun ini, bahwa mencakup semua daerah dan kebudayaan dan keragaman di Indonesia," katanya.
Edwin yang menjadi pembina finalis Abnom Jakarta Barat tahun 2023 juga menjadi pemateri untuk pembekalan para finalis. Dalam penyampaian materi, Edwin menekankan agar tidak membunuh karakter para finalis itu sendiri.
"Saya selalu bilang bahwa, kita boleh mengajari mereka tentang cara berbicara, menjawab pertanyaan dan sebagainya, tetapi jangan sampai membunuh karakter mereka," tukasnya.
Kepala Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kasudin Parekraf) Jakarta Barat, Dedy Sumardi mengatakan, bahwa penilaian finalis Abnon bukan hanya dilihat dari segi fisik, namun juga dari berbagai aspek. Hal itu juga tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub).
"Sesuai dengan Pergub nomor 10 Tahun 2010, penialian bukan hanya dari aspek kecantikan, tapi juga intelektual, sikap, kepribadian, dan hal-hal yang memang ya itu hampir semuanya mencakup masalah kepribadian dan semata-mata bukan kecantikan," ucapnya.
Menurut Dedy, hal tersebut membuktikan bahwa event Abnon Jakarta bisa diterima di lapisan masyarakat. Terlebih peserta yang mengikuti event ini tidak memperhatikan suku, etnis, ataupun ras dari peserta itu sendiri.
"Tentunya ini merupakan sebagai daya tarik, ternyata mereka masih punya kepedulian untuk lebih memajukan Jakarta Barat khususnya, umumnya di DKI Jakarta. Jadi terus terang ini merupakan suatu kebanggan bagi kami ya bahwa Abang None diterima di lapisan masyarakat dari berbagai suku, etnis," pungkasnya. (Pandi)