Mengenal Masjid Kuno di Lereng Gunung Karang Pandeglang, Dibangun 400 Tahun Silam

Selasa 04 Apr 2023, 14:52 WIB
Sejumlah warga Pasir Angin Pandeglang saat melaksanakan Ibadah di Masjid kuno Baitul Arsy. (Foto: Samsul Fatoni).

Sejumlah warga Pasir Angin Pandeglang saat melaksanakan Ibadah di Masjid kuno Baitul Arsy. (Foto: Samsul Fatoni).

PANDEGLANG, POSKOTA.CO.ID – Masjid Baitul Arsy yang berada di Kampung Pasir Angin, Kelurahan Pagerbatu, Kecamatan Majasari, Pandeglang merupakan Masjid tertua di kota sejuta santri seribu ulama tersebut.

Bangunan Masjid yang terbuat dari kayu tersebut sudah berusia 400 tahun, dan sampai saat ini masih berdiri kokoh dan unik.

Menurut cerita sejarah, bangunan Masjid yang berada di wilayah ketinggian tersebut dibangun pada masa penjajahan zaman Belanda dulu.

Masjid itu merupakan tempat beribadah dan berkumpulnya para Waliyullah pada 4 abad lalu.

Bentuk dan ornamen bangunan Masjid tersebut cukup unik dan khas serta memiliki nilai sejarah yang tinggi. Bangunan terbuat dari kayu itu dengan susunan atap tumpang tiga, sehingga memiliki daya tarik tersendiri.

Meski beberapa kali dilakukan perehaban, namun masyarakat sekitar tidak pernah merubah bentuk Masjid, karena yang direhab paling hanya bagian atap bangunan saja.

Tiang-tiang bangunan dan dinding Masjid yang terbuat dari kayu-kayu tersebut masih berdiri kokoh dan mulus, tanpa dimakan rayap dan seolah rayap pun tak berani menyentuh bangunan tersebut.

Jika masuk ke Masjid tersebut, suasananya cukup adem dan sejuk. Karena selain tempat para Waliyullah dulu, kondisi Masjid selalu bersih dan udara sekitar cukup sejuk.

Menurut salah seorang tokoh masyarakat Pasir Angin, Pandeglang, Majali mengungkapkan, tidak ada yang tahun kapan tepatnya Masjid ini dibangun. Namun usianya sendiri dipastikan sudah 400 tahun lamanya.

Konon, Masjid ini dibangun pada masa penjajahan zaman Belanda dulu, dan Masjid ini tempat beribadah dan berkumpulnya para Wali.

"Saya juga tahu dari cerita yang turun temurun, bahwa bangunan Masjid ini dibangun 400 tahun lalu. Dan ini tempat berkumpulnya para Waliyullah," ungkapnya, Selasa (4/4/2023).

Hingga saat ini kata Majali, kondisi bangunan masih berdiri kokoh meski bahan bangunan terbuat dari kayu. Namun paling juga bagian atapnya saja yang rusak tapi selalu ditangani oleh masyarakat.

Dijelaskan Majali, bangunan Masjid tersebut baru beberapa kali saja direhab pada bagian atapnya. Terkahir dilakukan perbaikan pada tahun 1945 lalu.

"Awalnya atap Masjid terbuat dari anyaman daun kelapa, namun pada tahun 1945 diganti dengan genteng," katanya.

Menurutnya, tidak sedikit masyarakat baik dari Pandeglang maupun luar daerah yang berkunjung ke Masjid ini, yang ingin mengetahui dan melihat bangunan Masjid kuno tersebut.

"Karena memang Masjid ini memiliki nilai sejarah dan unik, banyak warga yang berkunjung ingin melihat-lihat bangunan Masjid ini," ujarnya.

Masjid tersebut juga tambah Majali, dilengkapi dengan sarana air dari sumur bor yang dibangun berbarengan dengan pembangunan Masjid tersebut. Sejak zaman dulu hingga sekarang ini air dari sumur itu tidak pernah kering meski dilanda kemarau berbulan-bulan juga.

"Sumur itu sebagai sarana penunjang dalam pemenuhan kebutuhan air di Masjid ini. Airnya tidak pernah habi dan selalu jernih dari dulu. Kami pun masyarakat di sini selalu berusaha menjaga kelestarian Masjid kuno dan sarana yang lainnya," tambahnya. (Samsul Fatoni).


News Update