Hal itu sering terjadi pada komoditas cabai, bawang, tomat, dan sejumlah produk hortikultura lainnya Produk-produk ini melimpah di saat panen raya dan harganya jatuh sehingga petani menangis karena merugi.
Sedangkan pada musim tertentu (dikenal dengan off-season), produksi rendah dan harga melambung tinggi, sehingga menyebabkan inflasi tinggi.
Seharusnya dengan perkembangan teknologi yang ada, sistem pengelolaan stok bisa dibenahi. Pemerintah bisa menunjuk BULOG untuk memborong produksi petani pada saat panen raya, disimpan dengan teknologi yang bisa memperpanjang usia kesegaran komoditas, dan bisa untuk menutupi kekurangan produksi di saat produk turun.
Kedua, komoditas pangan yang sebetulnya Indonesia seharusnya mampu mencukupi sendiri, seperti gula, jagung, kedelai, dan daging. Persoalan kelompok pangan ini antara lain rendahnya efisiensi produksi yang mengakibatkan mahalnya biaya produksi mahal dan harga jual hasil panen, kendala minimnya ketersediaan lahan, dan tata niaga yang masih jauh dari ideal, termasuknya mahalnya biaya logistik.
Sebagai contoh, Indonesia pernah swasembada kedelai dengan produksi mencapai 1,8 juta ton per tahun selama periode 1990 – 1992. Namun keterbatasan lahan, produktivitas rendah, dan biaya produksi tinggi sehingga tidak mampu bersaing dengan kedelai impor, membuat petani memilih menanam komoditas lain atau beralih profesi.
Kelompok ketiga adalah pangan yang sepenuhnya tergantung pada impor seperti halnya gandum dan produk turunannya. Diperlukan komitmen kuat untuk mengembangkan pangan alternatif berbasis pangan lokal dengan pendekatan industrialisasi.
Sebagai misal terigu, mie instan, maupun industri aneka kue dan roti yang sangat tergantung pada gandum impor, harus didorong untuk menggunakan produk alternatif seperti tepung kasava dari singkong, tepung dari ubi jalar, dan lain. Indonesia sangat kaya dengan keanekaragaman pangan lokal yang bisa diolah menjadi bahan baku industri makanan dan minuman.
“Saya minta BUMN menggandeng UMKM untuk pengembangan pangan lokal dan hilirisasinya untuk mengurangi ketergantungan impor,” pungkasnya.(*)