“Kakek, cucu mau ikut balapan. Boleh nggak?” tanya sang cucu kepada kakeknya, kemarin sore.
Kakek: Loh... kamu kan masih kecil. Tidak boleh ikut balapan sepeda motor
Cucu: Siapa yang mau ikutan balapan sepeda motor. Kakek ini aneh – aneh saja. Naik sepeda motor saja belum bisa, masa mau ikut balapan motor.
Kakek: Iya juga...
Cucu: Wah.. kakek lagi salfok nih, memang lagi mikirin apa?
Kakek: Bukan salfok atau galfok sih. Tadi kakek barusan baca berita tentang rencana Polda Metro Jaya yang mau bikin arena balapan.
Cucu : Yang seperti arena balapan di Mandalika itu kek?
Kakek: Bentuk arena balapan sedang dirumuskan, tapi tentunya tidak seperti Sirkuit Internasional Mandalika yang memiliki panjang 4,31 km dengan 17 tikungan, ada juga speed trap dan masih banyak lagi fasilitas pelengkap lainnya.
Cucu: Kenapa kek?
Kakek: Karena lintasan balap yang akan dibuat itu untuk memfasilitasi anak – anak muda yang sering trek – trekan di jalanan tertentu – sering disebut balapan liar.
Cucu : Tapi kalau dibikin seperti kelas internasional boleh juga kek, biar banyak peminatnya, trus nantinya menghasilkan jago – jago pembalap kelas dunia.
Kakek pun tertawa mendengar celotehan cucunya itu.
Tapi, jika direnungkan tak ada salahnya menyediakan fasilitas yang mirip – mirip sirkuit dunia.
Tentu bukan fasilitasnya yang kelas dunia, tetapi nuansanya dibikin mendunia yang mengundang minat para remaja dan anak - anak muda yang hobi trek – trekan di jalan alias street racing.
Uji nyali dan keterampilan yang menjadi karakter balap liar dimodifikasi sedemikian rupa dengan tetap mengutamakan faktor keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
Dengan menyediakan lintasan balap khusus bagi pelaku streetrace ini berarti memberikan solusi, bukan sebatas membubarkan balapan liar.
Ini langkah positif yang perlu disupport. Kolaborasi perlu dibangun yang melibatkan Tiga Pilar, yakni Polda Metro Jaya, Pemprov DKI Jakarta dan Kodam Jaya. Juga instansi terkait dan pihak swasta.
Saatnya menyulap balap liar menjadi arena wisata yang penuh pesona, yang memberikan banyak manfaat, tak hanya bagi pelaku street race, juga masyarakat sekitarnya.
Jadikan arena balap liar yang mengkhawatirkan menjadi arena yang mengasyikan.
Kita tahu, balapan liar ada di mana – mana, dan sudah sejak lama seiring dengan hadirnya alat transportasi kendaraan bermotor, termasuk sepeda motor. Ibarat hilang satu tumbuh seribu.
Satu lokasi ditutup, dijaga dan diawasi, para pelaku akan mencari tempat lain , yang dirasa lebih aman dan nyaman. Begitu seterusnya.
Balap liar semakin menggejala, tak hanya di kota – kota besar seperti di Jabodetabek, tetapi sudah merambah ke kota – kota kecil yang diikuti dengan taruhan segala.
Taruhan tak hanya berupa uang, juga barang berharga yang disepakati oleh para peserta pembalap dengan bertaruh nyawa.
Lihat juga video “Rusak Tanaman Perkebunan, Hama Babi Liar Diburu Warga”. (youtube/poskota tv)
Di Jakarta saja sedikitnya terdapat 39 titik rawan balap liar. Jika dari lokasi ini dapat ditarik ke arena balap khusus yang kelak tersedia, tentu lokasi baru akan lebih hidup layaknya sirkuit yang ramai dikunjungi banyak orang.
Dengan fasilitas yang tersedia secara memadai, arena baru ini dapat dijadikan daerah wisata khusus untuk menghidupkan pedagang kecil, pedagang asongan, pedagang kaki lima serta sektor usaha kecil lainnya.
Ini bisa menjadi upaya pemulihan ekonomi sektor usaha kecil dan informal.
Semoga gagasan Polda Metro Jaya ini segera terwujud memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. (jokles)