Begitu buruknya dampak merkuri, sampai-sampai seorang teman Doni Monardo yang eksportir ikan, pernah mengalami hal buruk. Ikan-ikan kirimannya dikembalikan karena mengandung merkuri.
“Padahal potensi perikanan negara kita luar biasa. Ada 12,5 juta ton perikanan tangkap yang bisa diambil. Kalau kita maksimalkan, bukan saja membawa dampak positif terhadap perekonomian negara, tapi sekaligus bisa mengatasi stunting,” ujar Doni Monardo.
Dicontohkan, ikan-ikan terbaik dari perairan Indonesia sangat diminati bangsa lain. Contohnya, ikan tuna, tuna sirip kuning (yellowfin) diminati pasar Jepang bahkan Amerika Serikat.
“Sayang, kita sendiri hanya makan ikan yang sudah diawetken, alias ikan asin. Walaupun saya sendiri penggemar ikan asin. Tapi tentu saja kualitas ikan asin jauh di bawah tuna sashimi,” kata Doni sambil tertawa.
Doni juga teringat, bagaimana ibunya dulu minta Doni mengonsumsi ikan. Setiap memberi makan dengan lauk ikan, ibunya akan merayu dengan kata-kata,
“Ayo makan ikan, biar tinggi. Kalau tidak makan ikan, nanti kamu pendek kayak orang Jepang,” Doni menirukan ibundanya saat memberinya makan ikan, dulu.
Apa yang terjadi hari ini? Warga Jepang digenjot untuk mengonsumsi ikan. Hasilnya per hari ini, tinggi orang Jepang rata-rata di atas 170 cm. Jauh melampuai tinggi rata-rata bangsa Indonesia.
Sementara, Doni Monardo, berkat konsistensi ibunya memberi asupan ikan, tinggi badannya 180 cm.
“Jadi, kalau ingin program Indonesia Emas 2045 terwujud, salah satunya adalah menggenjot konsumsi ikan. Kalau tidak, maka tidak akan ada Indonesia emas, yang ada adalah Indonesia cemas,” ujar Doni sambil tersenyum.
Citarum Harum
Pada bagian akhir kuliah umumnya, Doni Monardo juga berbagi pengalaman di Sungai Citarum. Ia menjabat Pangdam III/Siliwangi tahun 2017-2018.
Sebelumnya, Doni sering “dipermalukan” jika melihat tayangan televisi, utamanya di luar negeri tentang sungai Citarum. Sungai jantungnya Jawa Barat itu dijuluki sebagai salah satu sungai terkotor di dunia.