Pada saat berantem itu, lanjut Kholiyah, dia bisa sampai memukul, menyeret dan mendorong-dorong Kholiyah sampai jatuh.
Bahkan suatu hari, pernah ketika sedang berantem dia mendorong kepala saya sampai terbentur ke tembok.
"Dan pada saat itu adiknya dari kampung sebelah dateng ke rumah, melihat langsung bagaimana kepala saya dibenturkan ke tombok," ucapnya.
Di tengah kekerasan fisik yang kerap ia dapatkan dari suaminya, Kholiyah ternyata sudah berperan sebagai kepala keluarga menggantikan suaminya yang menganggur.
Dengan modal seadanya Kholiyah berjualan sayur berjalan kaki keliling komplek setiap pagi.
Hal itu ia lakukan tidak lain untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari keluarganya serta biaya pendidikan ketiga anaknya di SMP dan SMA.
"Kadang kalau suami saya tidak punya rokok, saya belikan," ucapnya.
Selang beberapa bulan setelah dirinya mendapat sedikit keuntungan dari berjualan sayur kelilingnya, Kholiyah kemudian membelikan sepeda motor untuk suaminya, agar bisa bekerja meskipun ngojek.
Tapi ternyata motor itu tidak bertahan lama dipakai ngojek. Suaminya mengalami kecelakaan, tabrakan di jalan.
Motornya hancur dan suaminya dibawa ke RS.
"Habis sekitar Rp8 juta untuk proses perawatan di RS pada waktu itu. Padahal itu uang modal jualan sayur yang terpaksa ia pakai," katanya.
Satu persoalan sudah selesai ketika suaminya sembuh dan dinyatakan boleh pulang.