Namun di mata Kholiyah, permasalahan baru justru kembali muncul yakni mencari modal untuk kembali berjualan.
Tak mau kalah dengan perputaran waktu, Kholiyah pun melakukan pinjaman ke bank keliling sebesar Rp1 juta.
Karena dirasa masih terlalu kecil untuk modal, ia pun kembali meminjam ke bank lainnya.
"Akhirnya numpuklah hutang saya waktu itu. Namun bukannya suami membantu, dia malah memaki dan bercerita ke semua orang kalau saya banyak hutangnya," pungkasnya.
Kholiyah mengaku hanya bisa menghela nafas panjang ketika mendengar hujatan dari tetangganya terkait hutangnya yang menumpuk.
Hingga pada akhirnya ia menegur secara halus ke suaminya agar sebaiknya tidak bersikap seperti itu.
"Tapi bukannya pengertian yang didapat, dia malam marah-marah. Ribut lagi yang terjadi," tuturnya.
Tidak sampai di situ, kekerasan secara psikis itu juga beberapa kali ia rasakan akibat dari ulah ucapan suaminya yang tidak bisa dikontrol.
"Kalau siang, dia suka cerita ke tetangga-tetangga kalau saya itu cerewet, jelek, pemarah dan lain sebagainya. Tapi kalau malam dia maunya tidur bareng."
"Saya pernah negur, kamu tuh ga malu tah aib istri sendiri diumbar seperti itu ke orang-orang, tapi kalau malam maunya tidur bareng aja," ucapnya.
Sampai saat ini, Kholiyah masih menjadi tumbuhan perekonomian keluarganya, meskipun posisinya sedang dalam tahanan.
Dari mulai biaya proses pemakaman sampai tahlilan tujuh hari semua biayanya ia yang menanggung.