JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi 2020 Indonesia pada kuartal II diperkirakan akan mengalami minus, antara 3 hingga 4 persen. Indikasi itu terlihat dari menurunnya konsumsi masyarakat, dan juga investasi.
“Pertumbuhan ekonomi pada 2020 diperkirakan akan mengalami kontraksi sekitar -3% hingga -4%, yang didorong oleh kontraksi komponen sisi pengeluaran seperti konsumsi rumah tangga dan investasi, " kata Ekonom Bank Permata Josua Perdede kepada Pos Kota, Sabtu (4/7/2020).
Seperti diketahui pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) belum mengumumkan angka resmi pertumbuhan ekonomi di kuartal II yang berakhir pada akhir Juni lalu.
Josua menegaskan dilihat dari konsumsi rumah tangga, yang merupakan komponen terbesar dari perekonomian akan cenderung mengalami pertumbuhan negatif dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Hal ini dikarenakan pada tahun tahun-tahun sebelumnya, kuartal 2 pada umumnya mempunyai pertumbuhan yang relatif tinggi akibat efek dari lebaran dan bulan Ramadan, di mana tingkat konsumsi masyarakat meningkat," ucap Josua.
Namun pada tahun ini, lanjutnya tidak terlihat adanya dampak dari lebaran dan bulan Ramadan seiring dengan pemberlakuan PSBB disertai larangan mudik. Hal ini kemudian juga diamplifikasi oleh penurunan daya beli masyarakat di 2020 akibat peningkatan angka pengangguran di kuartal ini.
"Penurunan daya beli masyarakat ini sudah terlihat dari indikator konsumsi masyarakat, yaitu Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Penjualan Ritel. Hingga akhir bulan Mei, pada 2Q20, IKK dan Penjualan Ritel masing-masing sudah mengalami penurunan sebesar -31,67% dan -12,45%," papar Josua.
Ia menambahkan tidak hanya dari sisi konsumsi, dari sisi investasi pun, diperkirakan akan mengalami kontraksi juga akibat rendahnya permintaan domestik dan luar negeri, sehingga investor pun cenderung mempertimbangkan untuk tidak melakukan ekspansi bisnis pada tahun ini dan menunda keputusan berinvestasi di tengah ketidakpastian ekonomi global dan domestik karena Covid-19.
"Kontraksi ini mulai terlihat dari penurunan signifikan penjualan semen, yang pada bulan Mei hanya membukukan 3,83 juta ton, terendah sejak pertengahan 2016. Dengan perkiraan kontraksi pada konsumsi rumah tangga maupun investasi, maka 2020 besar kemungkinan Indonesia akan mengalami kontraksi ekonomi, " tuturnya.
Namun demikian, tambah dia, perekonomian domestik pada 2Q20 diperkirakan sudah akan mulai pulih sejalan dengan rencana tatanan new normal dari pemerintah. Dengan adanya perencanaan pemberlakuan new normal, maka aktivitas ekonomi akan kembali dapat berjalan, dengan protokol kesehatan tertentu.
Dengan bergeraknya kembali aktivitas perekonomian, maka stimulus-stimulus pemerintah yang sudah diimplementasikan akan mulai berdampak pada masyarakat, yang kemudian mendorong pertumbuhan ekonomi di 2020.(johara/tri)