Punya WIL, Suami Pakai Alasan Physical Distancing ke Istri

Selasa 07 Apr 2020, 07:20 WIB

WULAN, 30, terpaksa berdoa jelek pada suaminya, “Semoga terpapar virus Corona Covid-19!” 

Bagaimana nggak jengkel, di kala Wulan hamil besar, suami malah kepincut wanita lain, tak lagi persiapkan dana untuk calon bayi. Terpaksa Wulan kerja serabutan, dan ahamdulillah anak lahir dengan selamat.
    
Ketika Corona kadung mewabah, apapun masalahnya Covid-19 dijadikan kambing hitam. THR tak diberi, karena krisis ekonomi gara-gara Corona. Kurs dolar AS melejit sampai Rp16.500 juga karena Corona. Sampai-sampai suami jarang “kumpul” sama istri, lagi-lagi Corona dijadikan kambing hitamnya. Padahal dia hanya salah tafsir seruan BNPB.
    
Jauh sebelum virus Corona menghantam Wuhan RRC, Junaid, 35, sudah punya WIL. Namanya juga WIL, tentu saja dijowal-jawil sampai kemudian terperosok pada hubungan yang sangat musykil di tempat yang terpencil. Padahal di saat yang sama, Wulan istrinya sedang mengandung.

Karena sudah kenyang di luaran, Junaid jadi jarang mengunjungi “ladang” miliknya. Ketika Wulan mempertanyakan, kenapa sekarang lahan itu jarang disiram, justru isyu Corona dijadikan kambing hitam. Ia pun pakai jurus physical distancing alias jaga jarak sebagai alasan.  

“Ingat pesan BNPB, Ma. Jaga jarak minimal 1 meter setiap ketemu orang. Padahal kalau sama istri maunya berjarak 1 Cm saja,” jawab Junaid yang rupanya ahli memanfaatkan situasi.
    
Beberapa hari pasca pengumuman Corban virus di Indonesia awal Maret lalu, Junaid malah tak pernah pulang lagi. Alasannya, bayi yang ada dalam kandungan bukan hasil produksinya. 

“Oo, lelaki model Junaid memang layak kena virus Corona dan Covid-19, biar mampus,” Begitu omel Wulan.
    
Wulan layak marah pada suaminya. Di kala hari persalinan makin mendekat, kok suami malah ngudak-udak janda muda. Pusing benar Wulan, bagaimana biayanya?

Mau pulang kampung ke rumah orangtuanya, Wulan tak mau merepotkan keluarga di desa. Untung di Surabaya jadi buruh goreng kerupuk masih laku.

Benar kan, baru 3 minggu bekerja jadi buruh goreng kerupuk, bayi dalam kandungan pun lahir atas pertolongan bidan kampung. Siapa yang mbayari ongkos persalinan, selain dibantu pemilik pabrik kerupuk, juga ditopang dana dari orangtuanya di desa. 

Alhamdulillah bayi lahir sehat tanpa masalah, meski oleh emaknya diajak kerja banting tulang, sementara bapaknya banting-bantingan dengan wanita lain.

Tapi nanti jika badan sudah sehat, Wulan akan mengurus perceraiannya dengan  biasa ditanggung orangtua. Menyesal dia dulu menjatuhkan pilihan ke Junaid, padahal saat itu ada sejumlah cowok yang ingin mempersuntingnya. Tapi Junaid punya kelebihan, yakni santun, seiman dan ahli menata kata (pintar merayu).

Kasihan Wulan jadi PDP alias Perempuan Dalam Penderitaan. (gunarso ts)


News Update