Sara Wijayanto yang duduk di samping Irfan berusaha menenangkan suasana, menyadari emosi mendalam yang muncul dari pengalaman traumatis tersebut. Percakapan itu pun menjadi titik balik yang memicu diskusi publik lebih luas mengenai dugaan malpraktik medis di Indonesia.
Reaksi Warganet
Pengakuan Irfan Hakim menuai respons beragam dari warganet. Banyak yang menyatakan empati dan dukungan, namun tak sedikit pula yang mendorong agar kasus tersebut dibuka secara terang demi mencegah korban serupa di masa depan.
Akun @CeuceuIntan menuliskan, “Kalau Irfan Hakim yang punya akses dan uang saja bisa mengalami hal seperti ini, bagaimana dengan masyarakat biasa?” Sementara akun @mitaa menyarankan agar Irfan menyebutkan nama rumah sakit terkait sebagai bentuk tanggung jawab moral dan edukasi publik.
Baca Juga: 36 Titik Lokasi Lahan Parkir yang Disiapkan Pemprov DKI Jakarta Menjelang Malam Tahun Baru 2026
Diskursus ini menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hak pasien dan pentingnya sistem pengawasan medis yang lebih ketat. Dugaan malpraktik bukan hanya soal kesalahan teknis, tetapi juga menyangkut etika profesi, empati tenaga kesehatan, serta kepercayaan publik terhadap institusi layanan kesehatan.
Hingga kini, Irfan Hakim belum secara resmi menyebutkan nama rumah sakit maupun dokter yang dimaksud. Keputusannya untuk membuka kisah ini ke publik tampaknya bukan semata untuk mencari keadilan pribadi, melainkan sebagai peringatan bahwa kasus serupa bisa menimpa siapa saja.
Viralnya curhatan Irfan Hakim menjadi momentum refleksi bagi dunia kesehatan nasional. Transparansi, akuntabilitas, dan komunikasi yang jujur antara tenaga medis dan keluarga pasien menjadi kunci untuk membangun kembali kepercayaan publik.
Lebih dari sekadar kisah selebritas, pengakuan ini adalah suara dari seorang anak yang kehilangan ayahnya dan menyimpan luka selama bertahun-tahun. Sebuah pengingat bahwa di balik setiap statistik kematian pasien, ada keluarga yang berjuang dengan rasa kehilangan, pertanyaan, dan harapan akan keadilan.
