“Tanggung jawab yang diemban pada masa Nataru bukanlah tanggung jawab biasa, melainkan tanggung jawab publik dalam skala nasional. Oleh sebab itu, kesiapan operasional pada masa Nataru ini harus berada pada level tertinggi,” ungkap Dudy.
Selain itu, Dudy menyebut, peristiwa gangguan keamanan terhadap sarana perkeretaapian yang terjadi beberapa bulan lalu, salah satunya kejadian kebakaran gerbong.
Dalam konteks ini, ia menekankan bahwa aspek keselamatan dan keamanan perkeretaapian tidak hanya berkaitan dengan faktor teknis dan alam semata, namun juga memerlukan kewaspadaan terhadap faktor non teknis, termasuk aspek pengamanan dan ketertiban di lingkungan perkeretaapian.
“Keselamatan perkeretaapian bukan semata-mata tanggung jawab internal pihak PT. KAI, melainkan hasil dari koordinasi lintas sektor," ungkap Dudy.
"Karena itu, sinergi dengan Kementerian Perhubungan, TNI, Polri, BMKG, BASARNAS, Pemerintah Daerah, serta seluruh pemangku kepentingan harus terus diperkuat, terutama dalam pengambilan keputusan cepat di lapangan,” ujarnya.
Dudy pun meminta PT KAI agar memberikan perhatian serius terhadap pengamanan dan penataan jalur perlintasan sebidang, baik yang resmi maupun yang masih digunakan masyarakat secara faktual.
Baca Juga: Libur Nataru, DCVI Siapkan Layanan Darurat Bus Mercedes-Benz
Menurutnya, semua itu harus berada dalam pengawasan dan pengendalian yang memadai melalui penguatan sistem pengamanan, penegakan ketertiban, pemasangan rambu dan perlengkapan keselamatan, serta edukasi berkelanjutan kepada masyarakat sekitar.
“Saya ingatkan kembali bahwa keselamatan adalah prioritas utama yang tidak dapat ditawar. Patuhi setiap prosedur, tingkatkan kewaspadaan, dan bangun budaya saling mengingatkan di setiap lini kerja," ujarnya.
"Mari kita ciptakan angkutan Nataru yang andal, selamat, dan berkelas melalui kerja profesional dan tanggung jawab bersama,” sambungnya.
Sebagai informasi, Stasiun Pasar Senen menempati peringkat pertama sebagai stasiun asal terpadat dengan prediksi jumlah penumpang sebesar 19,35 persen atau sekitar 1,21 juta penumpang.
Adapun Stasiun Yogyakarta menempati peringkat pertama sebagai stasiun tujuan terpadat dengan prediksi jumlah penumpang sebesar 12,90 persen atau sekitar 805 ribu penumpang. (cr-4)
