“Pesan yang paling sering saya terima dari warga adalah agar kami memberitakan apa adanya. Mereka ingin dunia tahu bahwa mereka masih membutuhkan bantuan,” kata Irine dalam laporan tersebut.
Banjir Aceh Tamiang tidak hanya menyebabkan kerugian materi, tetapi juga meninggalkan luka sosial dan psikologis yang mendalam. Anak-anak kehilangan ruang aman, orang tua kehilangan mata pencaharian, dan rasa cemas masih menyelimuti kehidupan pengungsi.
Kondisi ini menegaskan bahwa penanganan pascabencana tidak cukup hanya dengan evakuasi, tetapi juga membutuhkan perhatian berkelanjutan.
Laporan emosional Irine Wardhanie menjadi pengingat bahwa di balik angka statistik bencana, terdapat manusia-manusia yang masih berjuang untuk hidup dengan layak. Kejujuran dalam jurnalisme, sebagaimana ditunjukkan dalam laporan tersebut, berperan penting untuk menyuarakan mereka yang kerap terpinggirkan oleh jarak dan waktu.
