Namun, jika dibandingkan dengan beberapa kuartal terbaik di 2024, performa ini menunjukkan adanya perlambatan. Tren laba sepanjang 2025 lebih mencerminkan fase normalisasi setelah periode ekspansi yang sangat kuat pascapandemi.
Pendapatan kuartal III 2025 sebesar Rp52,8 triliun relatif stabil, dengan laba usaha mencapai Rp18,1 triliun. Meski margin operasional masih terjaga, tekanan dari sisi beban usaha dan pajak membuat pertumbuhan laba bersih tidak sepenuhnya sejalan dengan pendapatan.
Kondisi ini tidak serta-merta mengkhawatirkan, tetapi menjadi sinyal bahwa ruang ekspansi profitabilitas ke depan tidak lagi selebar beberapa tahun sebelumnya.
Konsistensi Dividen di Tengah Tahun Transisi
Secara historis, BBRI dikenal sebagai emiten dengan kebijakan dividen yang konsisten dan royal. Pada 2024, total dividen mencapai Rp343,4 per saham. Untuk 2025, dividen interim Rp137 per saham baru merupakan bagian awal, dengan peluang masih terbuka untuk dividen final di tahun berikutnya.
Dividend yield trailing yang berada di kisaran 9 persen menempatkan BBRI sebagai salah satu saham bank dengan imbal hasil tertinggi di pasar.
Namun, kebijakan dividen besar ini perlu dibaca dalam konteks siklus laba. Konsensus analis memperkirakan laba bersih BBRI pada 2025 sebesar Rp56,48 triliun, turun dibandingkan 2024 yang mencapai Rp60,15 triliun. Laba diproyeksikan kembali meningkat menjadi Rp61,58 triliun pada 2026, menandakan bahwa 2025 dipandang sebagai tahun transisi, bukan puncak kinerja.
Penurunan laba ini juga tercermin pada proyeksi earnings per share (EPS), yang diperkirakan turun menjadi 374,19 pada 2025 dari 396,91 pada 2024, sebelum kembali naik ke 408,94 pada 2026. Dalam kerangka ini, dividen interim besar dapat dipahami sebagai strategi manajemen untuk menjaga daya tarik saham di tengah fase perlambatan pertumbuhan.
Keseimbangan antara Dividen dan Keberlanjutan
Kemampuan BBRI membayar dividen masih relatif aman. EBITDA kuartalan berada di kisaran Rp19–20 triliun, dengan return on equity (ROE) kuartalan tetap di atas 4 persen.
Beban bunga tidak menunjukkan tekanan berarti, dan struktur modal dengan total saham beredar sekitar 151,56 miliar lembar masih memberikan fleksibilitas yang memadai.
Meski demikian, pasar tampaknya sudah mengantisipasi kebijakan dividen ini. Pada valuasi price to earnings (PE) kuartalan di kisaran 40 kali, BBRI lebih diposisikan sebagai saham defensif berimbal hasil stabil ketimbang saham pertumbuhan agresif. Artinya, efek kejutan dividen terhadap harga saham cenderung terbatas.
Secara keseluruhan, rencana pembagian dividen interim BBRI dapat dinilai kredibel dan berkelanjutan dalam jangka pendek. Kebijakan ini mencerminkan kekuatan arus kas sekaligus komitmen manajemen terhadap pemegang saham.
