JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana akan melanjutkan pembangunan tanggul pengaman pantai yang merupakan bagian dari proyek terpadu pesisir ibu kota negara atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase A, di sepanjang pesisir Jakarta.
Adapun proyek itu dibangun dengan kolaborasi antara Pemerintah Pusat melalui Kementerian PU dan Kementerian Kelautan Perikanan (KKP), Pemprov Jakarta serta pihak swasta yakni Pelindo.
Pemprov Jakarta bertanggungjawab untuk membangun 28,279 kilometer tanggul pengaman pantai tersebut. Dari jumlah itu, saat ini Pemda Jakarta baru menyelesaikan sekitar 11,770 kilometer atau sekitar 41,7 persen, sementara 16,509 kilometer lainnya masih belum terselesaikan.
Gubernur Jakarta Pramono Anung meminta Dinas Sumber Daya Air Jakarta untuk segera melanjutkan proyek tanggul pengaman pantai tersebut.
"Saya meminta kepada dinas sumber daya air untuk melanjutkan pembangunan di tahun 2025- 2026 ini untuk NCICD, National Capital Integrated Coastal Development," ucap Pramono di Penjaringan, Jakarta Utara, Senin, 8 Desember 2025.
Pramono menyebut, proyek yang nantinya akan dilanjutkan yakni segmen Asahimas, Ancol Barat Seafront dan Tanggul Mitigasi Muara Angke.
Baca Juga: Pemprov Jakarta Lakukan Penguatan Permanen Tanggul Jebol di Muara Baru Jakarta Utara
"Pekerjaan yang saya minta untuk dilanjutkan, yang pertama adalah segmen Asahimas panjang 1,2 kilometer, segmen Ancol Barat Seafront sepanjang 0,8 kilometer, Tanggul Mitigasi Muara Angke sepanjang 1,1 (km)," ujar Pramono.
Pramono menjelaskan, dari total 28 kilometer, masih tersisa 16 kilometer dari pembangunan NCICD tersebut.
"Maka harapan saya kalau dari 28 itu, 11 sekian sudah kita lakukan, masih kurang 16 sekian," kata Pramono.
Menurut Pramono, adanya pembangunan tanggul itu guna mencegah terjadinya rob di wilayah pesisir Jakarta.
"Karena ini sekarang, rob-nya untuk bulan depan atau bulan-bulan ke depan pasti masih ada, tetapi puncaknya memang kemarin ini," kata Pramono.
"Muara Angke, Muara Baru, Sunda Kelapa, Green Bay Pluit, RE MartaDinata, Ancol, dan Cilincing Marunda, saya meminta untuk ini dikoordinasikan," ujarnya.
Pramono juga menyoroti kawasan Pantai Mutiara yang masih membutuhkan pembangunan tanggul tambahan.
"Untuk tahun ini di 2026 yang paling utama adalah di Pantai Mutiara kurang lebih 430 meter sisi timur dan 100 sisi barat," ungkap Pramono.
Ia mengakui bahwa pembangunan tanggul di wilayah tersebut sangat kompleks serta membutuhkan koordinasi lintas-instansi yang kuat.
"Maka untuk yang kawasan pelindo kami akan minta untuk di Muara Baru untuk segeradikoordinasikan bekerja bersama-sama dengan sumber daya air. hal yang berkaitan dengan Ancol, pekerjaan umum, KKP. mudah-mudahan bisa dilakukan bersama-sama," ucapnya.
Meski sempat terjadi rembesan di tanggul itu, Pramono menegaskan, penanggulangan rob telah dilakukan dengan baik hingga aktivitas masyarakat tetap berjalan normal.
"Walaupun kemarin ada rembesan, tetapi secara keseluruhan aktivitas masyarakat berjalan dengan baik. Itu yang saya sampaikan, kalau ada pertanyaan kami persilahkan," ujarnya.
Sementara itu, kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, Ika Agustin Ningrum, menyampaikan, bahwa Muara Angke merupakan kawasan padat yang masih berada dalam lingkup kampung nelayan.
Karena itu, dikatakan Ika, perlindungan sementara melalui tanggul mitigasi menjadi kebutuhan mendesak.
"Karena Muara Angke ini masih dalam lingkup kampung nelayan, sambil menunggu tanggul pengaman pantai (NCICD) dibangun, maka kami membuat tanggul mitigasi yang berwarna kuning ini sepanjang 1,1 km," ucap Ika.
Ika menyebut, progres pembangunan tanggul mitigasi tersebut kini telah mencapai 80 persen. Meski belum rampung, struktur tanggul itu sudah berfungsi menahan kenaikan air laut pada saat puncak rob beberapa hari lalu.
"Dengan progres 80 persen saja sudah bisa membantu menahan air laut supaya tidak masuk di Muara Angke," ujar Ika.
Baca Juga: Ternyata Ini Penyebab Jebolnya Tanggul Muara Baru
Ika menjelaskan, tanggul mitigasi Muara Angke dengan panjang 1,1 kilometer itu, saat ini telah memasuki proses pengecoran.
Dia memastikan bahwa pengoperasian tanggul mitigasi itu dapat dilakukan pada Januari 2026 mendatang.
"Prosesnya sekarang masih dalam pengecoran. Insya Allah nanti paling lambat, Januari sudah 100% bisa berfungsi dielevasi 2,5 MPP. Jadi kalau pasangnya sampai dengan 2,5 MPP, InsyaAllah masih aman," kata Ika.
Namun, Ika menegaskan, bahwa potensi limpasan tetap bisa terjadi jika pasang laut melampaui 2,5 Meter di Atas Permukaan Pelabuhan (MPP). Meski begitu, durasi genangan dipastikan lebih singkat.
"Tetapi kalau lebih dari 2,5 MPP, masih akan ada limpasan, tapi durasi surutnya akan lebih cepat seperti tanggal 4, 5, 6 kemarin. 4, 5, 6 kemarin kita sore semuanya sudah surut," ungkapnya. (cr-4)