POSKOTA.CO.ID - Setelah banjir menghantam Sumatra, banjir terbaru kini merendam provinsi Jawa Barat yaitu di sejumlah wilayah di Kabupaten Bandung. Berdasarkan laporan resmi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, luapan Sungai Citarum menyebabkan tiga kecamatan terendam, yaitu Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang.
Peristiwa ini masuk kategori banjir hidrometeorologi yang dipicu tingginya curah hujan dan kapasitas sungai yang tidak mampu menahan debit air.
Menurut laporan yang dihimpun dari @infobdg Jumat, 5 Desember 2025, permukiman dan sejumlah akses jalan raya tergenang dengan ketinggian air mulai dari 50 sentimeter hingga mencapai 1,5 meter.
Dalam kondisi tertentu, warga terpaksa menggunakan perahu sebagai alat transportasi sementara untuk memenuhi kebutuhan harian maupun akses evakuasi.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung, Wahyudin, menyampaikan bahwa banjir masih terjadi di beberapa titik dan belum seluruh area mengalami surut.
“Kami mencatat area yang masih tergenang banjir berada di Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Baca Juga: Update Terbaru Korban Banjir Sumatra: 836 Meninggal, 518 Hilang, dan 3,3 Juta Jiwa Terdampak
Jumlah Warga Terdampak Masih Tinggi
Data yang dirilis BPBD menunjukkan skala dampak yang cukup besar. Di Kecamatan Dayeuhkolot, tercatat 9.246 kepala keluarga (KK) atau setara 25.918 jiwa terdampak. Wilayah ini sejak lama dikenal sebagai daerah rawan banjir karena berada di area cekungan dan dekat aliran Sungai Citarum.
Di Kecamatan Baleendah, banjir merendam tiga kelurahan dan berdampak pada 1.973 KK, atau total 5.579 jiwa. Sementara itu, di Kecamatan Bojongsoang terdapat 1.236 KK terdampak, atau sekitar 3.000 jiwa.
BPBD mencatat bahwa situasi masih dinamis karena curah hujan tinggi masih berlangsung di sebagian besar wilayah Kabupaten Bandung.
Dampak Sosial, Infrastruktur, dan Risiko Lanjutan
Selain mengganggu aktivitas masyarakat, banjir juga berpotensi menyebabkan sejumlah dampak lanjutan seperti:
- Rusaknya fasilitas umum
- Terganggunya rantai pasokan logistik
- Peningkatan risiko penyakit berbasis lingkungan seperti diare, leptospirosis, dan infeksi kulit
- Potensi penyusutan ekonomi rumah tangga akibat biaya tambahan
