Namun, beberapa warganet memiliki pandangan berbeda. Akun @IndahIndigoism288 menyebut bahwa gestur tersebut mungkin dilakukan sebagai bentuk perpisahan karena Gary Iskak dikenal sering membuat love sign saat melakukan live streaming.
Baca Juga: Curi Uang dan HP Majikan, ART di Depok Ditangkap Polisi saat Kabur ke Cianjur
Respons Publik dan Diskusi Etika
Fenomena ini memicu diskusi lebih luas mengenai batas etika dalam menghadiri acara duka, terutama ketika melibatkan publik figur. Media sosial menunjukkan dua sikap:
- Mengecam: Menganggap tindakan wanita tersebut tidak sopan, mencari panggung, dan tidak menghormati keluarga.
- Membela: Berpendapat bahwa interpretasi publik bisa salah karena tidak memahami konteks hubungan personal wanita tersebut dengan almarhum.
Fenomena ini juga memperlihatkan bagaimana budaya digital membuat ruang privat seperti pemakaman menjadi konsumsi publik.
Kasus wanita rambut biru di pemakaman Gary Iskak menunjukkan bagaimana satu kejadian dapat viral dan berubah menjadi diskursus sosial yang lebih luas. Baik atau tidaknya tindakan sosok tersebut masih menjadi perdebatan. Namun, satu hal yang jelas: etika, empati, dan rasa hormat sangat penting dalam situasi duka, terlebih jika terkait tokoh publik.
Peristiwa ini juga menjadi pengingat bahwa ruang pribadi tak selalu terlindungi di tengah era digital. Konten viral dapat memberikan perspektif, namun juga dapat menimbulkan stigma dan penilaian yang terburu-buru.
