Kasus DBD di Bandung Barat Tembus 1.501, Tiga Warga Meninggal Dunia

Jumat 28 Nov 2025, 09:03 WIB
Perawat memeriksa seorang pasien yang terpapar penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSUD Tamansari, Jakarta, Jumat, 7 Maret 2025. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

Perawat memeriksa seorang pasien yang terpapar penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSUD Tamansari, Jakarta, Jumat, 7 Maret 2025. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

BANDUNG BARAT, POSKOTA.CO.ID - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Bandung Barat (KBB) terbilang meningkat. Hingga akhir November 2025, sebanyak 1.501 warga telah terinfeksi sejak Januari lalu.

Bedasarkan data tertulisnya, Plt. Sekretaris Dinkes Bandung Barat, Nurul Raishan, menyebutkan, dari jumlah tersebut, tiga pasien dilaporkan meninggal dunia, dengan case fatality rate (CFR) 0,2 persen. Sementara angka insiden rate (IR) mencapai 88 kasus per 100 ribu penduduk.

"Jadi polanya hampir sama yakni penyebaran DBD masih masif," ujar Raishan Jumat 28 November 2025.

Baca Juga: 857 Orang di Lebak Terjangkit DBD pada 2025

Sepanjang tahun, kasus DBD di KBB tercatat fluktuatif. lanjut Raishan, di bulan Januari 2025, pihaknya mencatat 189 kasus, lalu bulan Februari 152 kasus, dan Maret 143 kasus. Namun  angka itu sempat menurun pada April menjadi 130 kasus.

"Tapi, kembali merangkak di Mei 145 kasus," ucapnya.

Dilanjutkan di bulan Juni 2025, tercatat 123 kasus dan satu kematian, disusul lonjakan pada Juli (169 kasus) dan Agustus (172 kasus) dengan tambahan dua korban jiwa. Memasuki September kasus berada di angka 149, dan Oktober 129 kasus.

Menurutnya, peningkatan kasus itu erat kaitannya dengan naiknya curah hujan terlebih, disaat intensitas hujan meningkat, populasi nyamuk Aedes aegypti ikut bertambah. 

"Ini salah satu penyebabnya. Kasus lonjakan DBD bisa naik di bulan-bulan tertentu terutama saat mulai musim hujan," ungkapnya.

Disinggung wilayah mana saja yang paling banyak terjangkit, Raishan menyebutkan, ada tiga kecamatan yakni, kasus terbanyak ada di wilayah Desa Cililin dengan 235 kasus. Kemudian disusul Desa Cihampelas sebanyak 162 kasus dan Sindangkerta 132 kasus.

Dari sisi gender, laki-laki mendominasi dengan 798 kasus, sementara perempuan 703 kasus. Kelompok usia 15–44 tahun menjadi yang paling banyak terinfeksi (625 kasus), disusul usia 5–14 tahun dengan 358 kasus.


Berita Terkait


News Update