Gangguan Kesehatan Jiwa Warga Jakarta, Pemprov Sebut Imbas Tekanan Hidup di Ibu Kota

Jumat 28 Nov 2025, 20:54 WIB
Ilustrasi warga Jakarta mengalami gangguan kesehatan jiwa. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

Ilustrasi warga Jakarta mengalami gangguan kesehatan jiwa. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Penduduk Jakarta berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan kesehatan jiwa sebesar 1,5 persen, lebih tinggi daripada angka nasional 1,4 persen.

Staf Khusus Gubernur Jakarta Bidang Komunikasi dan Media, Chico Hakim mengatakan, gangguan kesehatan jiwa tidak lepas dari tekanan hidup di ibu kota.

"Angka ini menjadi pengingat bagi kami bahwa tekanan kehidupan di ibu kota memang nyata, dan kami terus bekerja keras untuk menekan angka tersebut," kata Chico kepada awak media, Jumat, November 2025.

Di samping itu, Jakarta menempati peringkat 18 dunia sebagai kota paling menyenangkan ditinggali berdasarkan survei Time Out.

Baca Juga: Gangguan Kejiwaan Warga Jakarta, Dinkes Tingkatkan Layanan Jiwa

Chico menyebutkan, parameter penilaian itu berbeda, sehingga tidak dapat disandingkan secara langsung dengan indikator kesehatan mental.

"Penilaiannya berdasarkan keberagaman kuliner, keramahan warga, akses hiburan, ruang terbuka hijau, dan semangat gotong royong bukan pengukuran langsung tingkat depresi," ujar Chico.

Ia mengatakan, dua data tersebut tidak saling bertentangan, tetapi melengkapi satu sama lain.

"Jakarta memang punya banyak alasan untuk dibanggakan dan dicintai warganya, tapi kami tetap aware ada segmen masyarakat yang sedang berjuang dengan kesehatan jiwa," ujarnya.

Baca Juga: Angka Gangguan Kesehatan Jiwa di Jakarta Lebih Tinggi dari Nasional

Sementara itu, Dinas Kesehatan Jakarta terus meningkatkan layanan kesehatan jiwa melalui sejumlah program yang sudah berjalan dan diperluas, sebagai berikut:

  • JakCare, layanan konsultasi psikologis gratis 24 jam melalui telepon 0800-150-0119 dan aplikasi JAKI.
  • Skrining kesehatan jiwa gratis lewat program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di puskesmas dan posyandu, sudah menjangkau ratusan ribu warga.
  • Edukasi dan workshop kesehatan mental di sekolah dan komunitas.
  • Penguatan tenaga psikolog klinis di puskesmas kecamatan.

"Kami terus tingkatkan akses dan kurangi stigma, karena Jakarta yang bahagia itu bukan cuma slogan, tapi juga ketika setiap warganya merasa didengar dan didukung," tuturnya. (cr-4)


Berita Terkait


News Update