POSKOTA.CO.ID - Pulau Sumatera berduka, bencana banjir dan tanah longsor Sumatera 2025 yang menghantam tiga provinsi di ujung kepulauan itu telah mengakibatkan korban jiwa yang terus bertambah dan ribuan warga terpaksa mengungsi.
Dari Aceh, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat, bencana hidrometeorologi ini bukan hanya merenggut nyawa tetapi juga memutus jalur kehidupan, meninggalkan trauma dan kerusakan parah di mana-mana.
Lebih dari sekadar genangan air dan reruntuhan tanah, bencana ini telah memutus akses vital yang menyambung hidup masyarakat.
Jaringan komunikasi dan transportasi terputus, mengisolasi seluruh komunitas seperti yang terjadi di Tapanuli Tengah, di mana bantuan hanya dapat dijangkau melalui udara dan laut.
Baca Juga: Badan Gizi Nasional Kirim 1500 Paket MBG untuk Korban Bencana di Sumut
Dalam kesunyian tanpa listrik dan internet, ribuan orang saat ini berjuang melawan ketidakpastian, sementara upaya evakuasi dan pertolongan berlangsung dalam perlombaan melawan waktu dan cuaca.
Aceh: Status Darurat 14 Hari, Korban Jiwa Terus Berjatuhan
Provinsi Aceh menyatakan status tanggap darurat bencana selama 14 hari, mulai 28 November hingga 11 Desember 2025. Keputusan ini diambil menyusul diterjangnya 16 kabupaten/kota oleh banjir dan tanah longsor.
Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, melaporkan dampak yang sangat serius. Hingga saat ini, bencana telah mengakibatkan 30 orang meninggal dunia, dengan 16 lainnya masih dinyatakan hilang.
Korban jiwa yang sebelumnya dilaporkan 13, terus bertambah seiring dengan intensifikasi proses evakuasi. Lebih dari 119.000 jiwa terdampak dan sekitar 20.759 orang terpaksa mengungsi, meninggalkan rumah mereka yang hancur atau terendam.
Sumatera Utara: Tapanuli Utara Berduka dan Tapanuli Tengah Terisolasi Total
Di Sumatera Utara, Kabupaten Tapanuli Utara menjadi salah satu wilayah terdampak paling parah. Data terbaru dari Polres setempat mencatat 9 warga tewas dan 31 orang masih dalam pencarian. Sebanyak 54 kejadian bencana, yang didominasi oleh longsor (40 kejadian), telah melumpuhkan wilayah ini.
Namun, kondisi lebih kritis terjadi di Kabupaten Tapanuli Tengah. Bupati Masinton Pasaribu menyatakan wilayahnya "terisolir total". Jaringan darat, listrik, dan internet terputus sama sekali, memutus akses bantuan dan komunikasi.
Satu-satunya akses yang tersisa hanyalah melalui udara lewat Bandara Pinangsori dan laut melalui Pelabuhan Sibolga. Puluhan ribu warga terjebak tanpa informasi yang memadai dan pasokan yang menipis.
Baca Juga: Titik Lokasi Banjir Medan Bisa Dilihat Realtime Via PetaBencana.id, Cek Sekarang!
Fakta Geografis dan Skala Kerusakan: Tiga Provinsi Terjepit Air
Bencana ini menunjukkan sebaran yang sangat luas:
- Aceh: 16 kabupaten/kota terdampak, dengan 8 kabupaten berstatus darurat hidrometeorologi.
- Sumatera Utara: 12 kabupaten/kota dilanda banjir dan longsor, dengan fokus di wilayah Tapanuli dan sekitarnya. Jalan nasional di beberapa titik, seperti Agam, terendam hingga 70 cm, memutus arus transportasi antarkota.
- Sumatera Barat: Wilayah seperti Padang Pariaman, Pesisir Selatan, dan Agam juga turut dilaporkan mengalami banjir, menunjukkan bahwa dampak badai dan curah hujan ekstrem melanda hampir seluruh ujung utara hingga tengah Pulau Sumatera.
Bencana Beruntun yang Memperlihatkan Kerentanan Infrastruktur
Rentetan bencana ini tidak hanya sekadar fenomena alam, tetapi juga mencerminkan kerentanan infrastruktur dan tata ruang di Pulau Sumatera.
Putusnya akses transportasi dan komunikasi secara massif, seperti yang terjadi di Tapanuli Tengah, memperlambat respons darurat dan memperparah penderitaan korban.
Bencana ini menegaskan perlunya penguatan sistem peringatan dini berbasis komunitas dan evaluasi mendasar terhadap mitigasi bencana di daerah-daerah rawan.
Upaya evakuasi dan distribusi logistik masih berlangsung dengan dikerahkannya tim gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, dan relawan.
Namun, kondisi medan yang berat dan cuaca yang belum stabil menjadi kendala utama. Masyarakatakat diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang.
