POSKOTA.CO.ID - Kasus hilangnya sebuah tumbler di dalam Kereta Rel Listrik (KRL) Tanah Abang–Rangkasbitung pada pertengahan November 2025 menjadi salah satu perbincangan daring terbesar tahun ini.
Peristiwa yang melibatkan seorang penumpang bernama Anita Dewi dan seorang petugas KAI bernama Argi itu tidak hanya memicu polemik mengenai etika bermedia sosial, tetapi juga memperlihatkan bagaimana dampak viral di internet dapat memengaruhi reputasi, pekerjaan, hingga kehidupan pribadi seseorang.
Walaupun masalah bermula dari benda berharga rendah, eskalasi informasinya justru menunjukkan betapa kuatnya pengaruh opini publik di era digital. Artikel ini membahas kronologi, dampak, dan pelajaran yang dapat diambil dari kasus tersebut.
Baca Juga: Calon HP Termahal 2026? Inilah Prediksi Spesifikasi dan Harga dari Para Flagship Premium
Drama Tumbler di KRL: Dari Postingan Threads hingga Viral Nasional
Nama Anita Dewi mencuat di berbagai platform media sosial setelah membagikan cerita mengenai tumbler miliknya yang hilang di dalam KRL rute Tanah Abang–Rangkasbitung pada Senin, 17 November 2025 pukul 19.00 WIB.
Keluhan itu awalnya tampak seperti unggahan biasa mengenai barang hilang, namun respon publik berubah menjadi besar setelah muncul narasi bahwa seorang petugas KAI bernama Argi dituduh sebagai pihak yang bertanggung jawab.
Dalam narasinya, Argi dikabarkan dipecat sebagai akibat dari laporan Anita. Bahkan, petugas tersebut disebut sudah bersumpah atas nama Tuhan bahwa dirinya tidak mengambil tumbler tersebut dan bersedia menggantinya.
Namun, informasi itu segera diklarifikasi oleh pihak KAI.
Menurut pernyataan resmi VP Corporate Secretary KAI Commuter, Karina Amanda, perusahaan tidak melakukan pemecatan terhadap petugas terkait.
“KAI Commuter sendiri tidak melakukan pemecatan sebagaimana isu beredar, karena kami memiliki aturan dan prosedur kepegawaian yang tetap mengacu pada regulasi ketenagakerjaan,” ujar Karina
Tekanan Publik dan Ancaman ke Keluarga
Setelah unggahan itu viral, Anita dan suaminya Alvin menjadi sasaran kemarahan warganet. Komentar negatif, pesan bernada ancaman, hingga penyebaran data pribadi mulai bermunculan.
