KELAPA GADING, POSKOTA.CO.ID - Pengamat Terorisme, Al Chaidar, menyampaikan pandangannya terhadap kasus ledakan yang terjadi di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara yang melukai puluhan orang.
Kasus ledakan ini diduga dilakukan siswa di sekolah itu yang diduga sakit hati karena kerap menjadi korban bullying di sekolah.
"Ya sebenarnya ledakan itu secara formal sudah bisa dikategorikan sebagai terorisme, tapi melihat kasus ini secara sangat seksama, ini sebenarnya enggak bisa kita kategorikan sebagai kasus terorisme," kata Chaidar dihubungi Poskota, Sabtu, 8 November 2025.
"Karena kelihatannya tekanan personal terhadap pelaku itu kelihatannya lebih besar sehingga dia mencoba mengekspresikan rasa pembalasannya itu lewat cara-cara yang seperti itu," ujarnya.
Baca Juga: Dugaan Motif Balas Dendam Pasca Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Pelaku Siswa Sering Dibully?
Chaidar menyampaikan bahwa dalam kasus ini ledakan yang terjadi sebelum salat Jumat itu, dirinya sejauh ini tidak melihat adanya indikasi terorisme di lingkungan sekolah tersebut.
"Saya pelajari, saya coba cek dari tadi malam, kemungkinan-kemungkinan dia (terduga pelaku siswa) berkomunikasi secara online tidak ada, jadi tidak juga mengalami radikalisasi online," ungkapnya.
Menurut Chaidar, kasus ledakan yang terjadi di SMA Negeri 72 itu murni karena rasa sakit hati siswa yang merupakan terduga pelaku, yang disebut menjadi korban bullying.
Ia memastikan bahwa dalam kasus ledakan yang terjadi pada Jumat, 7 November 2025 siang itu, tidak berkaitan dengan adanya jaringan terorisme.
"Jadi ini namanya psikosomatik error namanya. Jadi dalam terorisme itu kita harus membedakan antara ini apakah serangan teror yang punya muatan ideologis dan politik didalamnya atau ini sebuah serangan psikosomatik ya, ada problem psikologis yang dialami oleh pelaku," jelasnya.
"Nah kalau itu problem psikologis yang tidak ada hubungannya dengan ideologi dan politik, nah itu bukan terorisme," tambah Chaidar.
