Menurut Irjen Agus, balap liar menjadi perhatian khusus karena sering meresahkan warga dan menimbulkan kecelakaan fatal.
“Khusus balap liar kita tindak secara humanis. Persiapan dari Operasi Nataru ini tentunya dari sisi keselamatan dan keamanan sedang kita siapkan bersama para stakeholder,” tegasnya.
Dengan pendekatan ini, Polri tidak hanya menegakkan hukum, tetapi juga membangun kesadaran kolektif bahwa tertib lalu lintas adalah tanggung jawab bersama.
Kolaborasi Lintas Sektor untuk Keamanan Bersama
Operasi Zebra 2025 dilaksanakan melalui koordinasi lintas lembaga. Korlantas Polri bekerja sama dengan pemerintah daerah, Dinas Perhubungan, pengelola jalan tol, serta aparat keamanan setempat.
Irjen Agus menegaskan, seluruh pihak akan berkontribusi untuk memastikan operasi berjalan efektif:
“Kami sedang menyiapkan skenario pengamanan Natal dan Tahun Baru, termasuk persiapan personel dan pengaturan arus lalu lintas,” katanya.
Kerja sama ini sangat penting, terutama untuk menghadapi lonjakan mobilitas masyarakat pada akhir tahun. Tujuannya sederhana: semua pengguna jalan bisa merasa aman, nyaman, dan sampai tujuan tanpa hambatan.
Pendekatan Humanis: Edukasi Lebih diutamakan daripada Tilang
Salah satu hal menarik dari Operasi Zebra 2025 adalah pendekatan humanis yang diterapkan. Artinya, petugas akan lebih banyak memberikan edukasi langsung kepada pengendara daripada sekadar menindak.
Misalnya, larangan balap liar atau penggunaan ponsel saat mengemudi akan dijelaskan dari sisi keselamatan dan dampak sosialnya, bukan semata karena aturan.
Dengan cara ini, masyarakat diharapkan memahami mengapa aturan itu penting, bukan hanya takut terhadap sanksi.
Korlantas juga aktif melakukan kampanye keselamatan melalui media sosial, baliho digital, dan sosialisasi di sekolah serta komunitas pengendara.
Pendekatan edukatif ini dinilai efektif membangun budaya tertib lalu lintas dalam jangka panjang.
