Kopi Pagi: Kenang Kebaikannya. Sumber: Poskota)

Kopi Pagi

Kopi Pagi: Kenang Kebaikannya

Senin 03 Nov 2025, 06:30 WIB

..banyak sikap dan perilaku kebaikan yang sudah dicontohkan para pendiri negeri, di antaranya tidak memaksakan kehendak, tidak melakukan pemerasan, tidak mengambil hak orang lain, tidak menang sendiri dan tidak semena – mena,”

-Harmoko-

--

Bicara sejarah berarti menyoal masa lalu, mengenai peristiwa yang benar – benar terjadi pada pada masa lampau. Belajar sejarah berarti pula mempelajari dan memahami sari pati kejadian masa lalu sebagai panduan kehidupan masa kini dan nanti.

Begitupun jika kita hendak menyoal gelar pahlawan berarti tak lepas dari jasa tokoh yang telah dilakukan bagi kemajuan bangsa dan negara pada masanya - di eranya.Terlebih, jika jasanya tak hanya menjadi tonggak sejarah perjuangan bangsa, tetapi hasil karyanya – peninggalannya, masih dapat kita nikmati hingga masa kini hingga generasi nanti.

Baca Juga: Kopi Pagi: Menuju Swasembada Air

Apakah tokoh yang demikian memenuhi kriteria sebagai pahlawan nasional? Jawabnya kembali kepada penilaian masyarakat itu sendiri. Yang patut dicatat, pengakuan atas kebenaran sejarah merupakan langkah awal membangun masa depan yang lebih sehat secara politik maupun moral.

Menyoal gelar pahlawan ada yang melalui yuridis formal – keputusan pemerintah yang lazimnya ditetapkan jelang peringatan Hari Pahlawan.

Ada juga melalui legalitas moral dan sosial, adanya pengakuan publik atas jasanya dan perjuangannya yang telah dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.

Boleh jadi, tokoh yang bersangkutan tidak atau belum ditetapkan sebagai pahlawan nasional, tetapi publik merasakan betul bahwa jerih payahnya, perjuangannya, hasil karya masih terukir secara nyata. Publik mengakui karena perjuangannya, maka kita bisa seperti sekarang ini.

Jika merujuk kepada tokoh kepala negara, kepala pemerintahan, presiden, maka semua presiden telah berjasa membangun bangsa dan negara, sejak negeri ini berdiri hingga sekarang ini.

Bahwa di balik jasa dan karyanya, terdapat kekurangan, publik dapat memahami tiada manusia yang sempurna di jagat raya ini. Pesan moral: Kenang kebaikannya, lupakan keburukannya adalah upaya agar kita semua menghormati apa yang telah diperjuangkan oleh para pendahulu kita pada masanya.

Baca Juga: Kopi Pagi: Gerakan Perubahan

Soal besar kecil, itu penilaian berdasarkan sudut pandang, tetapi sekecil apapun, mereka telah berjasa kepada bangsa dan negara kita. Jasanya, kebaikannya yang kita kenang dan jadikan sebagai inspirasi menciptakan masa depan yang lebih baik dan gemilang. Sedangkan keburukannya, tak hanya dilupakan, juga dibuang agar ke depan tidak terulang.

Para pejuang kemerdekaan, pendiri negeri juga mengingatkan kepada kita untuk melihat masa lalu sebagai sejarah. Dengan belajar dari masa lalu berarti kita belajar dari pengalaman yang sudah terjadi sebagai pijakan untuk masa depan. 

Masa lalu memberikan kita pengalaman, membuat kita lebih bijaksana sehingga mampu menciptakan kehidupan yang lebih indah dan cerah.

Karena itu, jadikanlah masa lalu menjadi nasehat, masa kini adalah perjuangan dan masa depan adalah harapan

Saatnya fokus apa yang harus dilakukan sekarang untuk meletakkan pondasi menuju masa depan yang lebih baik lagi – dalam era sekarang menuju visi Indonesia Emas.

Sementara kita tahu, masa depan akan tergantung pada apa yang kita lakukan –perjuangkan sekarang. Jika yang kita lakukan sekarang baik, maka masa depan pun akan menjadi baik. Sebaliknya jika sekarang kita banyak melakukan keburukan, maka hasil yang diraihnya pun penuh dengan kebobrokan.

Dalam filosofi bahasa Jawa dikenal “Ngunduh wohing pakarti” – apa pun yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang sepadan.

Ironi, jika orang – orang pintar –segelintir elite menggunakan kepintarannya untuk ‘mengakali’ rakyat, mengelabui negara dengan kekuasaan dan kekuatannya, demi kepentingan pribadi dan kerabatnya. Yang semestinya kemampuannya, kewenangan yang melekat itu – sejatinya telah diamanatkan untuk digunakan demi kemakmuran rakyat.

Baca Juga: Kopi Pagi: Aksi Nyata Hidup Sederhana

Cukup beralasan jika pemerintah bertekad memberantas korupsi, penyelundupan, dan penjarahan kekayaan alam serta penyelewengan lainnya karena disadari sepenuhnya bahwa perbuatan tersebut tak hanya merugikan negara, tetapi akan menyengsarakan rakyat baik masa sekarang maupun mendatang.

Semoga perjuangan yang tengah dilakukan sekarang membuahkan hasil yang sepadan. Ini perlu dukungan semua elemen bangsa, apa pun profesinya dengan menebarkan kebaikan, bukan keburukan seperti menanggalkan perilaku korup, aji mumpung, sifat serakah serta memperkaya diri sendiri.

Masih banyak sikap dan perilaku kebaikan  yang sudah dicontohkan para pendiri negeri, di antaranya tidak memaksakan kehendak, tidak melakukan pemerasan, tidak mengambil hak orang lain, tidak menang sendiri dan tidak semena – mena, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Ada etika dan norma dalam berucap dan bertindak sebagaimana tercermin dalam nilai - nilai luhur adat budaya yang termanifestasikan dalam falsafah bangsa kita,  Pancasila.

Mari kita mulai hari ini untuk menata masa depan lebih baik lagi. Tak perlu menunggu hari esok, terlebih menunggu orang lain menjadi baik. (Azisoko)

Tags:
sejarahkebaikanKopi Pagi

Tim Poskota

Reporter

Fani Ferdiansyah

Editor