Warga Tanjung Sanyang Jaktim Selalu Waswas saat Musim Hujan: Kalau Katulampa Naik, Kami Siaga!

Rabu 29 Okt 2025, 17:33 WIB
Kondisi permukiman warga bantaran Kali Ciliwung di Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, yang selama ini kerap dilanda banjir. (Sumber: POSKOTA | Foto: Dhiya Ahmad/M2)

Kondisi permukiman warga bantaran Kali Ciliwung di Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, yang selama ini kerap dilanda banjir. (Sumber: POSKOTA | Foto: Dhiya Ahmad/M2)

CAWANG, POSKOTA.CO.ID - Warga yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung, tepatnya di Kampung Tanjung Sanyang RT 4 RW 8, Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, mengaku selalu waswas setiap kali musim hujan tiba. Pasalnya, wilayah ini kerap dilanda banjir, akibat air kiriman dari Depok dan Bogor.

Juju, 53 tahun, mengatakan, biasanya dia dan warga di lingkungan tempat tinggalnya, mendapat peringatan dari ketua RT melalui grup WhatsApp. Begitu mendengar informasi tinggi muka air di Katulampa atau Depok meningkat, warga segera bersiap menghadapi potensi banjir.

“Kalau sudah dapat info dari Pak RT, langsung disebar di grup WA. Biasanya disebut ‘Katulampa sekian, Depok sekian’. Nah, kita langsung siaga, beres-beres, rapi-rapi. Takut keburu air datang,” ujar Juju saat ditemui Poskota, Rabu, 29 Oktober 2025.

Ia menuturkan, jika sudah masuk status siaga 3, warga mulai mengevakuasi barang-barang ke tempat lebih tinggi. Prediksi kedatangan air dari Depok ke Jakarta biasanya sekitar pukul 02.00 WIB dini hari dan tiba menjelang subuh.

Baca Juga: Warga Bantaran Kali Ciliwung di Menteng Khawatir Kiriman Banjir dari Bogor

Hal senada diungkapkan Royanah, 68 tahun, yang tinggal di kawasan paling bawah wilayah tersebut. Menurutnya, enam rumah di area itu menjadi titik paling parah terdampak jika banjir sudah mencapai status siaga 1.

“Kalau sudah siaga 1, air pasti masuk rumah. Kita enggak ada tempat pengungsian, jadi pada mencar-mencar aja. Dulu pernah boleh ngungsi di kampus STIE, tapi sekarang enggak boleh lagi,” kata Royanah.

Ia menambahkan, warga lansia seringkali harus dievakuasi secara manual karena sulit berjalan. “Ibu saya aja harus digendong kalau air udah naik,” ujarnya lirih.

Sementara itu, Widiyati, 50 tahun, menyebut bantuan dari pemerintah setempat masih sangat minim. Selama banjir, bantuan hanya berupa makanan yang dibagikan sekali sehari.

“Paling nasi satu bungkus buat satu keluarga. Itu juga malam hari. Setelah banjir, kita bersih-bersih sendiri sampai siang,” tutur Widiyati.

Baca Juga: Longsor Picu Pipa PDAM Bocor, 12 Rumah di Bogor Terendam Banjir


Berita Terkait


News Update