JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Sebagian pengguna mengaku kurang setuju dengan rencana kenaikan tarif TransJakarta, terutama karena kondisi layanan yang saat ini dinilai masih belum maksimal.
Hal itu turut disampaikan oleh, Puspita, 28 tahun, warga Utan Kayu, Jakarta Timur, yang setiap hari menumpang bus TransJakarta dari Halte Pramuka Sari menuju Halte Juanda tempat kerjanya.
Puspita mengaku, keberatan jika tarif TransJakarta benar-benar dinaikkan dari Rp3.500 menjadi Rp5.000-Rp7.000 seperti yang diwacanakan.
"Agak kurang setuju ya, karena dengan naiknya tarif TransJakarta itu berarti ongkos yang harus dikeluarkan setiap naik Tj juga kan bakal bertambah juga," ucap Puspita saat di wawancarai Poskota, Rabu, 29 Oktober 2025.
Puspita mengaku, kenaikan tarif TransJakarta akan berdampak langsung pada kesehariannya, terutama dalam hal pengeluaran bulanan untuk transportasi.
Namun dengan adanya wacana kenaikan tarif, ia harus kembali menyesuaikan seluruh pos pengeluarannya.
Baca Juga: Dishub Jakarta Terus Kaji Kenaikan Tarif Transjakarta
"Kita yang biasa ngitung pengeluaran buat transportasi jadi musti hitung ulang. akhirnya dana buat yang lainnya jadi juga bisa ikut berkurang karena adanya kenaikan tarif ini," ujar Puspita.
Lebih lanjut, Puspita menilai, sebelum pemerintah menaikkan tarif TransJakarta, perbaikan layanan dan fasilitas halte harus menjadi prioritas utama.
Ia menyebut sejumlah halte yang tengah dalam proses revitalisasi perlu segera diselesaikan agar pengguna merasa nyaman.
"Dipercepat lagi perbaikan halte-haltenya yang saat ini lagi diperbaiki, terus juga dibikin nyaman lagi haltenya," ungkap Puspita.
Selain itu, dikatakan Puspita, pihak TransJakarta juga harus meningkatkan keamanan di dalam armada bus.
"Tingkat keamanan di dalam bus juga kalau bisa diperhatikan lagi," ujarnya.
Puspita juga turut meminta agar armada bus TransJakarta juga turut ditambah.
"Karena di beberapa halte tuh kita masih harus nunggu lama banget untuk kedatangan armadanya," kata dia.
Ia menegaskan bahwa kenaikan tarif hanya akan diterima warga bila diiringi dengan peningkatan nyata di lapangan.
"intinya kalau tarif naik, semua aspek dari halte sampai busnya juga wajib dibikin lebih nyaman buat warganya," ujar Puspita.
Jika tarif benar-benar naik, Puspita bahkan, mengaku, berpotensi berpindah moda transportasi ke Kereta Rel Listrik (KRL) yang dianggap lebih terjangkau dan efisien.
"Kemungkinan akan pindah ke KRL ya karena tarif KRL jadi jauh lebih murah daripada TJ," katanya.
Pendapat serupa disampaikan Michelle Angella, 26 tahun, warga Jakarta yang juga rutin menggunakan TransJakarta untuk aktivitas sehari-hari.
Ia menilai wacana kenaikan tarif TransJakarta tidak tepat di tengah kondisi ekonomi yang masih sulit.
Baca Juga: Kenaikan Tarif TransJakarta, DPRD Jakarta Minta Disesuaikan Kemampuan Masyarakat
"Kurang setuju, karena dengan naiknya harga tarif TransJakarta juga mempengaruhi dari sisi ekonomi kita. Tidak semua pekerja mendapatkan gaji sesuai UMR (UMR Jakarta Rp5.396.761)," kata Michelle.
Ia menjelaskan, banyak warga Jakarta yang masih berpenghasilan di bawah UMR Jakarta yang kini mencapai Rp5,39 juta per bulan.
"Mayoritas dari kita masih ada yang di bawah UMR Jakarta yang saat ini bahkan tidak sedikit juga kita yang punya penghasilan dibawah Rp4 juta per bulannya," kata Michelle.
"Di saat banyaknya PHK massal dan gaji yang tidak sesuai upah, menaikkan tarif TransJakarta akan semakin memberatkan kita," lanjutnya.
Michelle juga menyoroti kualitas layanan yang menurutnya masih perlu banyak perbaikan.
Ia meminta Pemprov DKI dan PT TransJakarta untuk memperbanyak armada bus agar waktu tunggu tidak terlalu lama.
"Perbanyak Armada bus TransJakarta. Kita ini penduduk yang mayoritas menggunakan transportasi umum, jadi akan sangat lebih baik jika hal tersebut diutamakan," ungkapnya.
Selain itu, ia menilai sistem tapping in dan tapping out yang digunakan TransJakarta belum sepenuhnya terintegrasi, sehingga perlu dibenahi sebelum berbicara soal tarif baru.
"Terutama sistem tapping in dan tapping out yang hingga saat ini belum sepenuhnya terintegrasi. Naik harga TJ juga harus dibarengi dengan berkualitasnya TJ untuk pengguna masyarakat," ujar dia.
Jika kebijakan kenaikan tarif benar-benar diberlakukan, Michelle dengan tegas menyebut tidak akan lagi menggunakan TransJakarta sebagai moda utama transportasi hariannya.
"Saya sih lebih pilih menggunakan transportasi lain yang lebih memadai, ketimbang Tj jika beneran naik tarifnya," ungkapnya. (cr-4)